Minyak Dunia. Foto ; AFP.
Minyak Dunia. Foto ; AFP.

Meredanya Kekhawatiran Omicron Bikin Harga Minyak Lanjut Menguat di Asia

Antara • 07 Desember 2021 10:07
Singapura: Harga minyak naik tipis di perdagangan Asia pada Selasa pagi, setelah rebound hampir lima persen sehari sebelumnya. Hal ini karena kekhawatiran tentang dampak varian Omicron terhadap permintaan bahan bakar global mereda, sementara pembicaraan nuklir Iran menemui hambatan.
 
Harga minyak mentah berjangka Brent naik 34 sen atau 0,5 persen menjadi USD73,42 per barel, setelah menetap 4,6 persen lebih tinggi pada Senin, 6 Desember 2021.
 
Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS bertambah 43 sen atau 0,6 persen menjadi USD69,92 per barel, setelah melonjak 4,9 persen di sesi sebelumnya.

Harga minyak terpukul pekan lalu karena kekhawatiran bahwa vaksin mungkin kurang efektif terhadap varian baru virus korona Omicron, memicu kekhawatiran pemerintah-pemerintah dapat memberlakukan kembali pembatasan untuk mengekang penyebarannya serta memukul pertumbuhan global dan permintaan minyak.
 
"Ini menurunkan kemungkinan skenario terburuk yang telah diperkirakan oleh pasar minyak selama beberapa minggu terakhir," kata analis ANZ dalam sebuah catatan dikutip dari Antara, Selasa, 7 Desember 2021.
 
Dalam tanda kepercayaan lain dalam permintaan minyak, eksportir utama dunia Arab Saudi menaikkan harga minyak mentah bulanan pada Minggu, 5 Desember 2021.
 
Ini terjadi setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, setuju untuk terus meningkatkan produksi sebesar 400 ribu barel per hari pada Januari meskipun cadangan minyak strategis AS telah dirilis.
 
Penundaan pengembalian minyak Iran juga mendukung harga. Pembicaraan tidak langsung nuklir AS-Iran telah menemui hambatan. Jerman mendesak Iran untuk menyajikan proposal yang realistis dalam pembicaraan mengenai program nuklirnya.
 
"Sementara negosiasi masih bisa menemukan keberhasilan ketika mereka memulai kembali pembicaraan akhir pekan ini, pasar mungkin perlu mempertimbangkan penundaan yang lebih lama untuk ekspor minyak Iran," kata analis komoditas Commonwealth Bank of Australia Vivek Dhar dalam sebuah catatan.

 
"Itu positif untuk harga minyak dan mendukung rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi minyak hingga 2022," tambah dia.
 
Sementara itu, Irak juga telah menyatakan optimisme atas permintaan dan harga yang lebih tinggi sementara eksekutif minyak dan gas global memperingatkan kurangnya investasi dan kebutuhan bahan bakar fosil meskipun ada dorongan untuk energi yang lebih bersih.
 
"Tampaknya aksi jual harga minyak utama telah berakhir karena pertengahan USD60 per barel telah memberikan dukungan yang kuat dan telah disertai dengan pengingat pasar minyak akan tetap rentan terhadap beberapa kekurangan selama beberapa tahun ke depan," Analis Oanda Edward Moya
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan