Pernyataan memperkuat hubungan dilontarkan meski pemimpin Partai Demokrat itu menyatakan komitmennya untuk melawan perubahan iklim dan fokus pada energi terbarukan. Barkindo mengucapkan selamat kepada Biden atas pelantikannya menjadi Presiden AS menggantikan Donald Trump.
"Kami terus memperdalam hubungan ini (antara OPEC dengan Presiden AS Joe Biden), yang kami temukan saling menguntungkan bagi kita semua. Dan kami bermaksud untuk melanjutkan cara ini ke depan dan pemerintahan Presiden Biden," kata Barkindo, dilansir dari CNBC International, Kamis, 21 Januari 2021.
Para pemimpin OPEC sebelumnya sering berkomunikasi dengan Presiden Donald Trump, yang sangat vokal dan aktif tentang pasar minyak dan apa yang dia yakini harus dilakukan negara-negara penghasil minyak untuk mengubah harga minyak mentah. Namun komunikasi tetap dilakukan demi menjaga stabilitas pasar minyak.
Kemungkinan perubahan pendekatan Biden -serta fokusnya pada investasi di sumber energi non-minyak- dilaporkan telah meresahkan beberapa anggota di 13 anggota kelompok penghasil minyak itu. Potensi kembalinya Presiden terpilih ke kesepakatan nuklir Iran, yang dapat membawa jutaan barel minyak baru ke pasar, juga telah menimbulkan kekhawatiran.
Kepala OPEC bersikap diplomatis ketika membicarakan Presiden AS, tetapi beberapa anggota di organisasi itu waspada terhadap ketegangan dengan Biden, menurut sumber yang dikutip oleh Reuters. "Tidak, belum sama sekali," kata Barkindo ketika ditanya apakah sudah menghubungi Biden.
"Kami percaya bahwa kami telah menjalin hubungan produktif yang saling menguntungkan dengan industri di Amerika Serikat. Dan saya pikir kami tidak punya pilihan selain terus memperkuat hubungan ini di bawah Presiden Biden," tambahnya.
Biden menyebut perubahan iklim sebagai salah satu dari empat krisis terbesar yang dihadapi AS dan berencana untuk bergabung kembali dengan Paris Climate Accord pada hari pertamanya menjabat. Sedangkan Trump telah menarik diri dari kesepakatan iklim pada 2017.
Ke depan, tren global seputar energi dan iklim mungkin jauh lebih mengkhawatirkan negara-negara anggota OPEC daripada siapa pun yang ada di Gedung Putih.
"Sangat penting untuk memahami satu hal. Pangsa minyak di pasar energi global akan menurun. Dan kecepatan penurunan ini akan ditentukan oleh kecepatan transisi energi," pungkas Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional Fatih Birol.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News