Ada penurunan yang sangat besar diramalkan terjadi di kawasan Eropa, seperti di Inggris, dengan perkiraan untuk yang terakhir dipangkas menjadi 4,2 persen dari 7,6 persen. Proyeksi ekonomi Amerika Serikat bakal turun menjadi 3,2 persen dari empat persen.
"Jika kesehatan masyarakat atau kebijakan fiskal goyah, maka kita akan melihat hilangnya kepercayaan dan pandangan yang jauh lebih menyedihkan," kata Kepala Ekonom OECD Laurence Boone, dikutip dari Mediaindonesia.com, Rabu, 2 Desember 2020.
Organisasi yang berbasis di Paris, Prancis itu mengatakan, penguncian wilayah atau lockdown bakal berlanjut untuk beberapa waktu. Kerapuhan ekonomi dunia akibat guncangan tajam pada awal pandemi memberi jalan kepada kemerosotan berkepanjangan di banyak kawasan.
"Dampak ekonomi bisa sangat parah, yang pada gilirannya meningkatkan risiko gejolak keuangan dari negara dan perusahaan yang rapuh, dengan pengaruh global," kata Boone.
Ke depan, OECD memprediksi pertumbuhan ekonomi dunia akan rata-rata empat persen selama dua tahun ke depan. Mereka mengharapkan pertumbuhan PDB riil mencapai 4,2 persen pada 2021, dipangkas dari perkiraan September sebesar lima persen dan 3,7 persen pada 2022.
Eropa dan Amerika Utara akan memberikan kontribusi pertumbuhan yang lebih sedikit di 2021, sementara Tiongkok akan menyumbang lebih dari sepertiga global.
OECD sendiri memantau dan memberi saran kepada 37 negara anggotanya tentang kebijakan ekonomi, menyatakan optimisme yang hati-hati tentang ekonomi dunia yang mendapatkan momentum hingga 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News