Dikutip Investing.com, Rabu, 2 Agustus 2023, minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober menetap di USD84,91 per barel di London ICE Futures Exchange, merosot 52 sen atau 0,6 persen. Padahal kemarin, Brent untuk pengiriman bulan depan menetap di level tertinggi sejak 13 April.
Sementara jenis minyak mentah West Texas Intermediate AS untuk pengiriman September ditutup pada USD81,37 per barel di New York Mercantile Exchange, tergelincir 43 sen atau 0,5 persen, dari penyelesaian sesi sebelumnya yang tertinggi sejak 14 April.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,40 persen. Dolar yang lebih kuat membuat minyak mentah lebih mahal bagi investor yang memegang mata uang lain.
Stok minyak
Adapun stok minyak mentah AS turun sekitar 15,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 28 Juli, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute (API) pada Selasa, 1 Agustus 2023. Para analis memperkirakan penurunan cadangan AS hanya 1,37 juta barel.
Persediaan bensin turun sekitar 1,7 juta barel, dibandingkan dengan perkiraan penurunan 1,3 juta barel. Persediaan sulingan turun sekitar 510 ribu barel, dibandingkan dengan perkiraan para analis untuk peningkatan 112 ribu barel.
Data persediaan membantu minyak mentah berjangka naik tipis dalam perdagangan pasca penyelesaian. Brent naik 32 sen atau 0,4 persen pada USD85,75, sementara minyak mentah berjangka AS menguat 40 sen atau 0,5 persen menjadi USD82,22 dalam volume tipis.
Baca juga: Disokong Data Ekonomi Solid, Dolar AS Beringas |
Pangkas pasokan
Di sisi pasokan, pertemuan OPEC+ pada Jumat ini, 4 Agustus 2023, diperkirakan akan melihat Arab Saudi menggulirkan pemotongan sukarela hingga September, yang semakin memperketat pasokan.
Produksi minyak OPEC turun pada Juli setelah Arab Saudi melakukan pemotongan sukarela tambahan sebagai bagian dari perjanjian terbaru kelompok produsen OPEC+ untuk mendukung pasar, dan pemadaman membatasi pasokan Nigeria.
Dalam konferensi pada Senin, 31 Juli 2023, kepala BP Bernard Looney memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak berlanjut hingga tahun depan dan OPEC+ semakin disiplin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News