Ilustrasi Maskapai India. Foto: Unsplash.
Ilustrasi Maskapai India. Foto: Unsplash.

Maskapai India Go First Ajukan Pailit, Sektor Penerbangan Mulai Limbung?

Arif Wicaksono • 03 Mei 2023 11:36
Bengaluru: Maskapai penerbangan India Go First, mengajukan kebangkrutan pada Selasa, 2 Mei 2023. Maskapai ini menyalahkan mesin Pratt & Whitney yang rusak, sehingga sekitar setengah armadanya tak bisa digunakan.
 
baca juga: Bandara Sam Ratulangi Manado Layani 80.000 Penumpang Libur Lebaran

Langkah tersebut menandai keruntuhan maskapai besar pertama di India sejak Jet Airways mengajukan kebangkrutan pada 2019, dan menggarisbawahi persaingan sengit di sektor yang didominasi oleh IndiGo dan merger Air India dan Vistara baru-baru ini di bawah konglomerat Tata.

Total utang Go First

Total utang Go First kepada kreditur keuangan adalah 65,21 miliar rupee pada 28 April, katanya dalam pengajuan kebangkrutan ke Pengadilan Hukum Perusahaan Nasional.
 
Perusahaan tidak gagal membayar salah satu dari iuran tersebut pada 30 April 2023, tetapi telah gagal membayar kreditur operasional, termasuk 12,02 miliar rupee kepada vendor dan 26,60 miliar rupee kepada penyewa pesawat.
 
Pesawat yang di-grounded karena kerusakan mesin Pratt & Whitney membengkak dari tujuh persen armadanya pada Desember 2019 menjadi 50 persen pada Desember 2022, kata maskapai itu, menyebabkan hilangnya pendapatan dan biaya tambahan sebesar 108 miliar rupee (USD1,32 miliar). .

Pratt & Whitney mengatakan dalam sebuah pernyataan, P&W mematuhi putusan arbitrase Maret 2023 terkait Go First.  
 
"Karena ini sekarang masalah litigasi, kami tidak akan berkomentar lebih lanjut," tambahnya, dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 3 Mei 2023.
 
Pada Februari, bos Raytheon Technologies, yang juga pemilik Pratt & Whitney, mengakui mesin GTF-nya memiliki masalah keandalan.
 
Pratt & Whitney juga telah mengatakan hal itu dipengaruhi oleh tekanan rantai pasokan di seluruh industri dan mengharapkan tekanan tersebut berkurang akhir tahun ini. Hal ini yang akan mendukung peningkatan produksi mesin baru.
 
Analis mengatakan saingan yang lebih besar, IndiGo, mampu menahan dampak dengan lebih baik, berkat armadanya yang lebih besar dan kas perusahaan yang kuat.

Pembatalan penerbangan

Go First, dimiliki oleh Grup Wadia dan sebelumnya dikenal sebagai GoAir, mengatakan disitusnya, pihaknya telah membatalkan penerbangan yang dijadwalkan pada 3-5 Mei 2023 karena alasan operasional.
 
"Pemerintah India telah membantu maskapai dengan segala cara yang memungkinkan," kata Menteri Penerbangan Sipil India Jyotiraditya Scindia dalam sebuah pernyataan.
 
Keruntuhan itu dapat mendorong maskapai saingan karena industri mencoba memenuhi lonjakan perjalanan udara pascapandemi.
 
"Gangguan tiba-tiba dalam operasi kemungkinan akan menguntungkan pemain lain dan meningkatkan tarif penerbangan karena kendala pasokan," tulis seorang Analis Riset Prabhudas Lilladher Jinesh Joshi .
 
CEO di perusahaan konsultan penerbangan Martin Consulting LLC Mark Martin mengatakan hal ini bukan akhir dari Go First.  
 
"Ini harus menjadi kendaraan dan sarana bagi orang baru untuk mengambil alih." tegas dia.
 
Masalah Go First menyebabkan penurunan pangsa pasarnya menjadi 6,9 persen pada Maret dari 8,4 persen pada Januari, menurut data terbaru dari regulator penerbangan India.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan