Mengutip Antara, Senin, 28 Februari 2022, permintaan aman mendorong imbal hasil obligasi bersama dengan dolar dan yen lebih tinggi, sementara euro merosot setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menempatkan angkatan bersenjata nuklir dalam siaga tinggi pada Minggu, 27 Februari, hari keempat serangan terbesar di negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua.
Meningkatnya ketegangan mengangkat kekhawatiran pasokan minyak dari produsen terbesar kedua di dunia itu dapat terganggu, mengirim harga minyak mentah Brent berjangka melonjak USD4,21 atau 4,3 persen menjadi USD102,14 per barel.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melambung USD4,58 atau 5,0 persen menjadi USD96,17 per barel. Sedangkan saham berjangka AS dan Eropa merosot, tetapi saham Asia-Pasifik sebagian besar lebih tinggi dalam perdagangan yang fluktuatif.
"Itu didukung oleh kenaikan Wall Street pada Jumat waktu setempat (Sabtu pagi WIB), ketika Indeks S&P 500 ditutup melonjak 2,51 persen. Kami memiliki banjir informasi yang sangat negatif selama akhir pekan," kata Analis Pasar IG Australia Kyle Rodda.
"Perasaan saya adalah tidak akan ada banyak kekuatan bertahan di balik langkah khusus ini (di saham Asia-Pasifik), mengingat kita sedang berbicara tentang risiko stabilitas keuangan, dan ancaman perang nuklir. Volatilitas meningkat. Aksi harga sangat berombak," tambahnya.
Saham berjangka
Saham berjangka emini AS mengarah ke penurunan 1,57 persen saat dimulai kembali, sementara EURO STOXX 50 berjangka pan-Eropa kehilangan 2,83 persen. Indeks Nikkei 225 Jepang naik 0,48 persen, pulih dari kerugian sebelumnya. Indeks acuan Australia naik 0,64 persen setelah juga turun pada satu titik. Namun, indeks saham unggulan Tiongkok (CSI300) turun 0,21 persen.Indeks saham regional MSCI naik tipis 0,09 persen. Sementara itu, imbal hasil obligasi Pemerintah AS 10-tahun turun sekitar enam basis poin menjadi 1,92 persen, dan imbal hasil Australia yang setara juga turun sekitar enam basis poin, menjadi 2,18 persen.
Euro turun 0,9 persen menjadi 1,1170 dolar dan 0,87 persen menjadi 129,065 yen, sedangkan dolar Australia dan Selandia Baru yang sensitif terhadap risiko masing-masing merosot 0,66 persen dan 0,76 persen. Rubel jatuh 29,37 persen ke rekor terendah 119 per dolar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News