Ilustrasi. AFP PHOTO/Jonathan NACKSTRAND
Ilustrasi. AFP PHOTO/Jonathan NACKSTRAND

Konflik Ukraina Memburuk, Qatar: Eksportir Utama Gas Siap Amankan Pasokan

Angga Bratadharma • 26 Februari 2022 17:07
Doha: Emir Qatar mengatakan negara-negara pengekspor gas utama bekerja untuk memastikan pasokan tetap kredibel dan andal saat negara itu menjadi tuan rumah forum yang dibayangi oleh memburuknya konflik di Ukraina. Adapun ketegangan yang kian meningkat membuat harga gas terutama di Eropa melonjak.
 
Mengutip Channel News Asia, Sabtu, 26 Februari 2022, Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani mengatakan Forum Negara Pengekspor Gas yang beranggotakan 11 negara, yang mencakup Rusia, berusaha untuk menjaga stabilitas di pasar dunia, yang telah diguncang oleh meningkatnya kekhawatiran konflik di Ukraina.
 
Tetapi kelompok itu tidak segera menjanjikan produksi tambahan untuk Eropa Barat, yang telah mencari alternatif dari gas Rusia karena krisis menaikkan harga dan mengancam pasokan. Rusia adalah anggota kunci dari forum itu.

Menteri Energi Rusia Nikolay Shulginov -tidak mengacu pada ketegangan tersebut- mengatakan kepada forum bahwa perusahaan Rusia berkomitmen penuh pada kontrak yang ada untuk pasokan gas. Rusia saat ini menyumbang 40 persen dari gas yang digunakan di Eropa, dan Qatar lima persen.
 
Amerika Serikat telah meminta Qatar membantu Eropa jika gas Rusia dihentikan. Tetapi Qatar dan negara-negara produsen lainnya bersikeras bahwa tidak ada cadangan besar yang dapat dialihkan ke Eropa, sekarang membayar harga rekor, kecuali pelanggan yang ada, terutama di Asia, setuju untuk menyerahkan pasokan yang dijanjikan.

Memastikan pasokan gas alam kredibel

Emir Qatar mengatakan negara-negara forum bekerja keras untuk memastikan pasokan gas alam yang kredibel dan andal ke pasar dunia dan menjaga stabilitas pasar tersebut. Emir dan pembicara lainnya menyerukan kontak yang lebih dekat dengan pasar konsumen untuk memastikan pasokan gas yang stabil.
 
KTT tersebut juga dihadiri oleh Presiden dan Perdana Menteri dari Aljazair, Iran, Mozambik, Guinea Khatulistiwa dan Trinidad, dan Tobago. Presiden Iran Ebrahim Raisi mengatakan negaranya ingin meningkatkan produksi dan ekspor tetapi ditahan oleh apa yang disebutnya sanksi AS kejam dan tidak wajar terhadap negaranya.
 
Negara-negara besar sedang bernegosiasi dengan Iran untuk menghidupkan kembali kesepakatan yang mengatur program nuklir kontroversialnya yang dapat memberikan bantuan dari sanksi yang melumpuhkan.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan