Mengutip Mediaindonesia.com, Kamis, 7 Oktober 2021, valuasi tersebut disebabkan harga minyak mentah yang dilaporkan naik ke lebih dari USD82 per barel, tertinggi dalam tujuh tahun. Permintaan energi meningkat, meskipun pandemi covid-19 tengah berlangsung. Hal ini berdampak pada perjalanan dan sektor-sektor penting lainnya yang menghabiskan banyak bahan bakar.
Kepemilikan Aramco sebagian besar dipegang oleh pemerintah Arab Saudi, dengan di bawah 2 persen dari perusahaan yang terdaftar di bursa efek Saudi Tadawul. Aramco diperdagangkan sekitar 37,6 riyal per saham, atau beberapa sen di atas USD10 per saham, pada Rabu tengah hari kemarin, sebelum turun menjadi 37,2 riyal per saham, atau sekitar USD9,92 per saham.
Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman adalah arsitek di balik upaya untuk secara terbuka mendaftarkan Aramco di lantai bursa pada akhir 2019, menggembar-gemborkannya sebagai cara untuk meningkatkan modal bagi dana kekayaan kerajaan untuk kemudian mengembangkan megaproyek di negeri itu.
Meski pendapatan tahunan Aramco berfluktuasi, perusahaan dilaporkan tetap menepati janjinya untuk membayar dividen tahunan sebesar USD75 miliar hingga 2024 kepada pemegang saham. Aramco diketahui memproduksi produk minyak dan gas kerajaan yang sangat besar, dan menerima arahan tentang produksi pasokan setiap bulan dari Kementerian Energi Arab Saudi, negara kunci OPEC atau Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi.
Para produsen minyak utama dunia, pada minggu ini mempertahankan pendekatan bertahap untuk memulihkan tingkat produksi yang telah dipangkas selama pandemi, setuju untuk menambah 400 ribu barel per hari pada November.
Permintaan minyak diperkirakan mencapai 99 juta barel per hari pada akhir tahun, dan sedikit di atas 100 juta barel per hari tahun depan. Aramco dilaporkan meraup laba bersih sekitar USD47 miliar pada paruh pertama tahun ini, dua kali lipat dari yang diperolehnya pada periode yang sama tahun lalu ketika virus korona menghentikan perjalanan dan memukul permintaan global untuk minyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News