"Intinya adalah pemulihan pendapatan konsumen," kata CEO JD.com Xu Lei yang menambahkan pemulihan konsumsi bisa memakan waktu cukup lama usai lockdown berakhir, dikutip dari Channel News Asia, Jumat 10 Maret 2023.
baca juga: UMKM Wajib Catat! Ini 5 Cara Mengirim Paket Besar yang Tepat dan Aman |
Laporan penelitian oleh Atlantic Equities memaparkan pendapatan penjualan langsung online tumbuh satu persen dari tahun ke tahun, meleset dari perkiraan konsensus analis sebesar empat persen.
Laba bersih JD.com yang diatribusikan kepada pemegang saham biasa adalah tiga miliar yuan (USD431 juta) dalam tiga bulan yang berakhir pada Desember, dibandingkan kerugian bersih sebesar 5,2 miliar yuan setahun sebelumnya. Pendapatan naik 7,1 persen menjadi 295,4 miliar yuan atau meleset dari perkiraan konsensus 296,2 miliar yuan.
Melemahnya segmen elektronik dan peralatan rumah tangga sebagai akibat dari gangguan covid-19 serta pasar properti masih menjadi tantangan e-commerce itu pada tahun ini.
Bakar uang
Pertarungan di pasar e-commerce Tiongkok semakin sengit dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2019 PDD Holdings meluncurkan kampanye diskon yang disebut subsidi 10 miliar yuan yang dengan cepat ditiru oleh platform e-commerce Alibaba Group.
JD.com pun mengikuti aksi bakar uang ini karena persaingan semakin ketat dengan pendatang baru Douyin, yang dimiliki oleh ByteDance, dan Kuaishou yang didukung Tencent.
Co-founder dan CEO WPIC Marketing + Technologies, sebuah perusahaan konsultan e-commerce yang berbasis di Beijing, Jacob Cooke mengatakan program subsidi merupakan investasi agresif yang ditujukan untuk meningkatkan pengguna.
"Kampanye subsidi JD.com akan menarik lebih banyak pengguna ke platform dan meningkatkan penjualan dalam jangka pendek," katanya.
Margin tertekan
Kampanye subsidi bisa merusak margin JD.com dan mungkin melemahkan citra platform. Apalagi JD.com telah membangun reputasi yang kuat di antara konsumen kota tingkat pertama sebagai pasar untuk barang-barang kelas atas yang sifatnya eksklusif.
China Merchants Securities juga mengatakan dalam laporan baru-baru ini program subsidi kepada konsumen kemungkinan besar akan menurunkan marjin pendapatan.
Perusahaan yang berbasis di Beijing mengatakan pada Januari bisnis e-commerce di Indonesia dan Thailand ditutup karena kewalahan menghadapi persaingan ketat dari Shopee milik Sea Ltd dan bisnis e-commerce milik Alibaba Group Holding Ltd.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News