Bank Pembangunan Asia (ADB). Foto; AFP.
Bank Pembangunan Asia (ADB). Foto; AFP.

Proyeksi ADB: Pertumbuhan Negara Berkembang Asia Turun, tapi Asia Tenggara Naik

Antara • 21 Juli 2022 10:16
Manila: Bank Pembangunan Asia (ADB) memangkas perkiraan pertumbuhan negara-negara berkembang Asia untuk 2022 pada Kamis menjadi 4,6 persen dari 5,2 persen. Hal ini cerminkan memburuknya prospek ekonomi karena ketegangan geopolitik, pengetatan moneter yang lebih agresif di negara-negara maju, dan pandemi covid-19.
 
baca juga: RI Raih Kepercayaan Investor Bantu Wujudkan Transisi Energi

Mengutip Antara, Kamis, 21 Juli 2022, dalam suplemen untuk Asian Development Outlook 2022, publikasi ekonomi tahunan unggulan bank. ADB juga memangkas perkiraan pertumbuhan 2023 untuk negara berkembang Asia menjadi 5,2 persen dari 5,3 persen.
 
Bank yang berbasis di Manila memangkas perkiraan pertumbuhan 2022 untuk Asia Timur dari 4,7 persen menjadi 3,8 persen; perkiraan pertumbuhan Asia Selatan diturunkan dari 7,0 persen menjadi 6,5 persen untuk 2022 dan dari 7,4 persen menjadi 7,1 persen untuk 2023.
 
Perkiraan 2022 untuk Asia Tenggara sedikit ditingkatkan dari 4,9 persen menjadi lima persen karena permintaan domestik diuntungkan dari pencabutan pembatasan mobilitas covid-19 yang berkelanjutan dan pembukaan kembali perbatasan di beberapa ekonomi di sub-kawasan tersebut.

Prospek pertumbuhan Kaukasus dan Asia Tengah dinaikkan dari 3,6 persen menjadi 3,8 persen untuk 2022 dan dari 4,0 persen menjadi 4,1 persen untuk 2023. Prospek pertumbuhan tahun ini untuk Pasifik direvisi dari 3,9 persen menjadi 4,7 persen.
 
Prakiraan inflasi untuk negara berkembang Asia dinaikkan dari 3,7 persen menjadi 4,2 persen untuk 2022 dan dari 3,1 persen menjadi 3,5 persen untuk 2023 karena harga bahan bakar dan pangan yang lebih tinggi. Namun, ADB mengatakan tekanan inflasi di kawasan itu lebih rendah daripada di tempat lain di dunia.
 
ADB menambahkan gangguan pasokan dan meningkatnya sanksi yang dikenakan pada Rusia telah meningkatkan harga-harga komoditas global dan tetap lebih tinggi dari level yang sudah meningkat pada 2021, yang menyebabkan peningkatan tekanan inflasi di banyak ekonomi regional.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan