Credit Suisse. Foto: AFP.
Credit Suisse. Foto: AFP.

Profil Credit Suisse, Bank Besar Swiss yang Penuh Masalah

Arif Wicaksono • 16 Maret 2023 15:48
Jakarta: Pembicaraan mengenai perbankan besar yang kolaps semakin membesar ketika suku bunga The Fed semakin tinggi. Beberapa bank sudah menyatakan bangkrut seperti Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank, dan Silvergate Bank.
 
baca juga:

Keruntuhan Sejumlah Bank AS Buat Eropa Turut Kena Getah


Kondisi ini yang membuat salah satu bank Swiss terbesar yakni Credit Suisse juga alami tekanan finansial setelah alami kerugian pada 2022. Credit Suisse membukukan kerugian bersih sebesar 7,3 miliar franc Swiss (USD7,8 miliar) untuk tahun keuangan 2022.
 
Credit Suisse juga alami kerugian sebesar USD5,5 miliar dari kegagalan investasi di perusahaan investasi Archegos dan berusaha melakukan perbaikan aset pinjaman sebesar USD10 miliar di Greensill. Credit Suisse disinyalir berhasil menyelamatkan USD7,4 miliar dari pemberian pinjaman lewat Greensill.
 
Padahal sejarah membuktikan Credit Suisse Group, yang dimulai sebagai bank komersial pada 1856, pada saat Swiss pertama kali merangkul revolusi industri, merupakan bank terbesar di Swiss dan salah satu dari sepuluh perusahaan jasa keuangan terbesar di dunia.

Bisnis Credit Suisse

Credit Suisse didirikan oleh politikus Swiss, Alfred Escher, yang kemudian menempatkan dana sebesar tiga juta Swiss franc dalam penawaran umum. Dan menerima simpanan sebesar 218 juta swiss franc hanya dalam tiga hari.

Credit Suisse memiliki lima unit bisnis yakni Credit Suisse Volksbank, sebagai unit bisnis perbankan konsumen dan bisnis di Swiss. Credit Suisse Private Banking, sebagai perbankan swasta terbesar di dunia. Kemudian ada Credit Suisse First Boston sebagai bisnis investasi grup di seluruh dunia.
 
Kemudian ada Credit Suisse Asset Management, yang mengelola dana untuk investor institusi di seluruh dunia. Winterthur, yang diakuisisi pada pertengahan 1997, merupakan grup asuransi global dan salah satu perusahaan asuransi terbesar di Eropa.
 
Credit Suisse ikut membantu mengembangkan sistem moneter Swiss dan, pada akhir Perang Perancis-Prusia pada 1871, Credit Suisse menjadi bank terbesar di Swiss.

Kontroversi Credit Suisse

Peran Credit Suisse juga tak bisa lepas dari kontroversi seperti ancaman hukuman pidana karena mengizinkan pengedar narkoba mencuci uang di Bulgaria, terjerat dalam kasus korupsi Mozambik, skandal mata-mata yang melibatkan mantan karyawan dan eksekutif, dan kebocoran besar-besaran data klien ke media.
 
Credit Suisse pada 2013 juga mengaku bersalah karena tak mengakui kepemilikan sekuritas berbasis hipotek atau kredit mortgage senilai USD10 miliar.
 
Credit Suisse akhirnya membayar USD495 juta untuk menyelesaikan perselisihan tentang kepemilikan sekuritas yang didukung hipotek sejak krisis keuangan 2008.
 
Produk-produk tersebut merupakan inti dari krisis keuangan 2008, yang memicu resesi global dan membawa sistem keuangan internasional ke ambang kehancuran.
 
Kepemilikan dalam hipotek kredit perumahan di Amerika Serikat (AS) membuat risiko keuangan perbankan meningkat karena hipotek tersebut menggunakan underlying yang rapuh yakni pembeli yang tak memiliki daya tahan kuat untuk melakukan pembayaran cicilan dalam jangka panjang.

Laporan keuangan telat

Persoalan operasional perusahaan juga menjadi tanya tanya ketika Credit Suisse mengakui adanya kelemahan dalam kontrol internalnya atas pelaporan keuangan saat bank terlambat dalam merilis laporan tahunannya.
 
Credit Suisse seharusnya menerbitkan laporan tahunannya minggu lalu tetapi menunda rilis setelah panggilan menit terakhir dari Komisi Sekuritas dan Bursa AS atas revisi yang dilakukan pada laporan arus kas untuk 2019 dan 2020.
 
Chief Executive Officer Credit Suisse Ulrich Koerner berusaha merayu kembali klien yang menarik uangnya. Upaya tersebut tampaknya membuahkan hasil pada Januari, dengan laporan simpanan positif.
 
Namun, pada 9 Maret 2023, Komisi Sekuritas dan Bursa AS mempertanyakan laporan tahunan bank tersebut, memaksanya untuk menunda publikasinya.
 
Kepanikan menyebar setelah pemberi pinjaman regional AS Silicon Valley Bank gagal, menjadi korban sebagian dari investasi berisiko dan kenaikan suku bunga global yang mengikis nilai kepemilikan obligasinya. Investor mulai membuang apa pun yang berbau risiko perbankan dan pelarian deposito.

Pinjaman dari bank sentral Swiss

Credit Suisse akan meminjam hingga 50 miliar franc Swiss (USD54 miliar) dari bank sentral Swiss untuk menopang kepercayaan pada pemberi pinjaman bermasalah di tengah kekhawatiran tentang kesehatan sistem perbankan global setelah runtuhnya SVB. Pemberi pinjaman yang berbasis di Zurich mengatakan juga akan membeli kembali sekitar USD3 miliar dari utangnya.
 
Pengumuman itu muncul setelah saham Credit Suisse kehilangan lebih dari seperempat nilainya di tengah kegelisahan pasar yang terus-menerus setelah keruntuhan SVB, kegagalan bank terbesar di Amerika Serikat sejak 2008.

Juru selamat

Credit Suisse mengatakan pinjaman dari Swiss National Bank (SNB) akan mendukung bisnis inti bank  untuk menciptakan bank yang lebih sederhana dan fokus menyesuaikan kebutuhan klien.
 
Pinjaman dari Bank Sentral Swiss akan menyelamatkan Credit Suisse setelah Saudi National Bank (SNB), pemegang saham terbesar Credit Suisse mengatakan tak akan meningkatkan kepemilikan sahamnya di bank Swiss itu.
 
Kepala Ekonom di Milken Institute di AS William Lee mengatakan keputusan SNB tersebut menunjukkan masalah yang lebih dalam di Credit Suisse.
 
“Orang Saudi berpikir Credit Suisse mungkin memiliki lebih banyak masalah daripada yang diperkirakan,” katanya kepada Al Jazeera.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan