Dalam tinjauan stabilitas keuangan semi-tahunan, Reserve Bank of Australia (RBA) mengatakan, beberapa rumah tangga sudah merasakan tekanan dari suku bunga dan inflasi yang lebih tinggi. Kondisi itu setelah enam kenaikan suku bunga berturut-turut sejak Mei, dan ini kemungkinan berlanjut untuk beberapa waktu.
RBA mencatat ekonomi global dan sistem keuangan menghadapi ketidakpastian yang cukup besar, termasuk inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga, dan harga energi yang tinggi. Kekuatan-kekuatan ini juga berperan di Australia, bersama dengan pelunakan yang nyata dalam kondisi pasar perumahan.
"Risiko stabilitas keuangan akan diperbesar oleh pengetatan substansial lebih lanjut dalam kondisi keuangan global," kata RBA, dilansir dari The Business Times, Minggu, 16 Oktober 2022.
| Baca: Ini 5 Komitmen dalam Pertemuan Menkeu dan Gubernur Bank Sentral Negara G20 |
RBA mengatakan sejumlah kecil peminjam yang memiliki utang relatif tinggi terhadap pendapatan mereka dan penyangga tabungan serta ekuitas yang rendah sangat rentan terhadap guncangan. Sementara kebangkrutan bisnis juga meningkat ke tingkat pra-pandemi, termasuk di sektor-sektor dengan tekanan biaya akut.
Faktor-faktor ini adalah salah satu alasan bank sentral secara tak terduga memperlambat laju kenaikan suku bunga dengan menaikkan suku bunga resmi sebesar 25 basis poin ke puncak sembilan tahun sebesar 2,6 persen. Itu mengikuti empat gerakan besar dari 50 basis poin.
"Prospek stabilitas keuangan selama beberapa tahun mendatang akan bergantung sebagian besar pada kemampuan rumah tangga dan bisnis untuk menghadapi kondisi ekonomi yang menantang baik di Australia maupun internasional," pungkas RBA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id