Ilustrasi. FOTO: FREDERIC J. BROWN/AFP
Ilustrasi. FOTO: FREDERIC J. BROWN/AFP

Sanksi Baru Siap Menghujam Rusia, Harga Minyak Dunia Melonjak

Antara • 05 April 2022 08:04
New York: Harga minyak dunia naik tajam yakni lebih dari tiga persen pada akhir perdagangan Senin waktu setempat (Selasa pagi WIB). Kondisi itu terjadi karena para investor khawatir tentang pasokan yang lebih ketat karena meningkatnya kematian warga sipil di Ukraina.
 
Mengutip Antara, Selasa, 5 April 2022, patokan global minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni melonjak USD3,14 atau 3,0 persen, menjadi USD107,53 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei bertambah USD4,01 atau 4,0 persen, menjadi USD103,28 per barel.
 
Kekhawatiran itu menyusul meningkatnya tekanan terhadap negara-negara Eropa untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi pada sektor energi Rusia. Perdagangan bergejolak dengan kedua kontrak acuan menguat setelah turun lebih dari USD1.

Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin dan pendukungnya akan merasakan konsekuensi dari peristiwa di Bucha, di luar Ibu Kota Kyiv, di mana kuburan massal dan mayat terikat ditembak dari jarak dekat ditemukan.
 
Sekutu Barat akan menyetujui sanksi lebih lanjut terhadap Moskow dalam beberapa hari mendatang, katanya, meskipun waktu dan jangkauan paket baru itu belum jelas. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyarankan sanksi terhadap minyak dan batu bara, menambahkan ada petunjuk yang sangat jelas yang menunjukkan kejahatan perang oleh pasukan Rusia.
 
Sejak invasi Rusia 24 Februari ke Ukraina, sanksi dan penghindaran pembeli terhadap minyak Rusia telah mengurangi produksi dan meningkatkan kekhawatiran pasokan yang lebih ketat.
 
"Ketika AS dan Uni Eropa mengurangi pembelian minyak Rusia, itu membuat Tiongkok dan India sebagai pelanggan utama yang tersisa dan banyak kilang di negara-negara itu mungkin enggan membeli minyak Rusia, karena hubungan masyarakat negatif yang terkait," kata Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow, di Houston.
 
Minyak mentah anjlok sekitar 13 persen minggu lalu, setelah Presiden Joe Biden mengumumkan rekor pelepasan cadangan minyak AS, dan ketika anggota Badan Energi Internasional berkomitmen untuk lebih lanjut memanfaatkan cadangan. Minyak mentah Brent mencapai USD139 bulan lalu, tertinggi sejak 2008.
 
Sementara itu, produsen minyak negara Arab Saudi Aramco menaikkan harga jual resmi Mei ke Asia untuk minyak mentah Arab Light andalannya, menurut dokumen harga yang dilihat.
 
"Itu menunjukkan permintaan minyak masih sangat kuat, dan dengan melakukan itu akan menguras pasokan minyak dari Amerika Serikat dan membuat pasokan lebih ketat," kata seorang analis di Price Futures Group, Phil Flynn.
 
Minyak mendapat dukungan dari jeda dalam pembicaraan di Wina untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran, yang akan memungkinkan pencabutan sanksi terhadap minyak Iran. Iran menyalahkan AS atas penghentian tersebut. Tekanan turun terhadap minyak datang dari gencatan senjata di Yaman, yang dapat meredakan ancaman pasokan di Timur Tengah.
 
Untuk pertama kalinya dalam konflik tujuh tahun, PBB telah menengahi gencatan senjata dua bulan antara koalisi yang dipimpin Saudi dan kelompok Houthi yang bersekutu dengan Iran. Fasilitas minyak Saudi telah diserang oleh Houthi selama pertempuran.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan