Kilang Minyak. Foto : AFP.
Kilang Minyak. Foto : AFP.

Pelan-pelan, Harga Minyak Dunia Mulai Turun di Bawah USD100/Barel

Antara • 16 Maret 2022 07:26
New York: Harga minyak jatuh lebih dari enam persen ke level terendah dalam hampir tiga minggu pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB).
 
Penurunan tersebut karena Rusia mengisyaratkan kemungkinan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran ketika para pedagang khawatir lockdown yang berkembang di Tiongkok dapat mengurangi permintaan.
 
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei anjlok USD6,99 atau 6,5 persen menjadi USD99,91 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April tergelincir USD6,57 atau 6,4 persen menjadi USD96,44 per barel. Brent turun serendah USD97,44 dan WTI mencapai USD93,53, terendah sejak 25 Februari.

Pada grafik teknis, kedua kontrak bergerak paling dekat ke wilayah oversold sejak Desember. Mereka telah berada dalam kondisi jenuh beli selama awal Maret. Brent pada satu titik mencapai USD139 per barel.
 
Rusia adalah pengekspor minyak mentah dan bahan bakar terbesar di dunia. Banyak pembeli telah menghindari minyak Rusia sejak invasi, memicu kekhawatiran gangguan jutaan barel pasokan minyak mentah harian. Ketakutan itu sekarang terlihat berlebihan.
 
Pada Selasa, 15 Maret 2022, seorang perunding Ukraina mengatakan pembicaraan dengan Rusia mengenai gencatan senjata dan penarikan pasukan Rusia dari Ukraina sedang berlangsung. Aksi jual berikutnya mendorong harga lebih rendah tetapi banyak yang memperkirakan volatilitas akan berlanjut.
 
"Sementara laporan pembicaraan yang menjanjikan harus disambut, sulit untuk melihat bagaimana kedua pihak pada tahap ini akan siap untuk membuat konsesi yang dapat diterima oleh pihak mana pun," kata catatan penelitian dari Kpler dikutip dari Antara, Rabu, 16 Maret 2022.
 
Juga pada Selasa 15 Maret 2022, Rusia mengatakan telah menulis jaminan mereka dapat melaksanakan tugasnya sebagai pihak dalam kesepakatan nuklir Iran, menunjukkan bahwa Moskow akan mengizinkan kebangkitan pakta 2015.
 
Pembicaraan untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir dapat mengarah pada pencabutan sanksi terhadap sektor minyak Iran dan memungkinkan Teheran untuk melanjutkan ekspor minyak mentah.
 
Akibat invasi Rusia, yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus", sanksi Barat telah gagal menghalangi Tiongkok dan India untuk membeli minyak mentah Rusia.
 
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) mengatakan permintaan minyak pada 2022 menghadapi tantangan dari invasi dan kenaikan inflasi karena harga minyak mentah melonjak, meningkatkan kemungkinan pengurangan perkiraan permintaan yang kuat tahun ini.
 
Tiongkok melihat lonjakan tajam dalam infeksi covid-19 harian, yang dapat memperlambat laju konsumsi saat ini ketika negara itu beralih ke penguncian.
 
"Diperkirakan penguncian parah di Tiongkok dapat membahayakan konsumsi minyak 0,5 juta barel per hari, yang selanjutnya akan diperparah oleh kekurangan bahan bakar karena harga-harga energi yang meningkat," kata Analis Pasar Minyak Senior untuk Rystad Energy Louise Dickson.
 
Federal Reserve AS secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada Rabu untuk pertama kalinya dalam empat tahun guna melawan inflasi yang melonjak. Ini dapat memperkuat dolar AS dan mengurangi permintaan minyak dan komoditas lain yang dihargai dalam greenback.
 
Data awal dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik 3,8 juta barel untuk pekan yang berakhir 11 Maret, sementara persediaan bensin turun 3,8 juta barel dan stok sulingan naik 888 ribu barel, menurut sumber, yang berbicara dengan syarat anonim. Data persediaan resmi pemerintah AS akan dirilis pada Rabu waktu setempat.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan