"Pemerintah akan menerapkan pemotongan pajak dan biaya yang lebih besar untuk bisnis dan bakal memberikan dukungan yang ditargetkan untuk sektor-sektor yang terkena dampak covid seperti layanan," kata Li, dilansir dari The Business Times, Jumat, 7 Januari 2022.
Li mengatakan Tiongkok akan memperpanjang keringanan pajak yang ada dan meningkatkan pengurangan untuk biaya penelitian dan pengembangan (R&D) ketika perusahaan menghitung pajak penghasilan mereka.
"Menghadapi tekanan ke bawah baru pada ekonominya, Tiongkok bertujuan untuk menstabilkan sektor-sektor utama seperti pekerjaan, pembiayaan, perdagangan, dan investasi," kata Li.
Ekonomi terbesar kedua di dunia itu menghadapi banyak tantangan menuju 2022 karena penurunan properti dan pembatasan ketat covid-19 yang telah memukul belanja konsumen. Selain itu, juga diperparah dengan terjadinya krisis energi yang akhirnya membuat upaya pemulihan mulai goyah.
Ekonom Senior Chinese Academy of Social Sciences Zhang Ming mengatakan dalam sebuah laporan, ekonomi Tiongkok dapat tumbuh 5,3-5,5 persen pada 2022. "Pemerintah akan mengadopsi kebijakan lebih ekspansif tahun ini untuk mencegah pertumbuhan melambat lebih jauh dari kuartal keempat tahun lalu," kata Zhang.
Beberapa analis memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto kuartal keempat mungkin telah turun di bawah empat persen dari laju 4,9 persen pada kuartal sebelumnya, meskipun pertumbuhan pada 2021 masih bisa sekitar delapan persen atau di atas target resmi lebih dari enam persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News