Direktur Sushi-Tei Indonesia, Sonny Kurniawan. Foto: Medcom.id/Annisa Ayu.
Direktur Sushi-Tei Indonesia, Sonny Kurniawan. Foto: Medcom.id/Annisa Ayu.

Wawancara Khusus

Bos Sushi-Tei, Sempat Dibilang Gila Merintis Bisnis Sushi

Annisa ayu artanti • 02 Maret 2020 07:06

MERINTIS bisnis sejak muda bukan perkara mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi di depan mata. Jika tak punya tekad dan konsistensi, bisnis yang dijalankan bisa jadi hanya selepas lalu.
 
Begitu pula yang dialami Sonny Kurniawan, Direktur Sushi-Tei Indonesia. Menekuni usaha sejak usia 23 tahun tak membuatnya gentar menghadapi persaingan bisnis kuliner makanan Jepang, sushi. 17 tahun lalu, bermodal tak sedikit, Sonny membuka bisnis yang diberi namanya Sushi-Tei.
 
Kendati materi berlimpah dan usahanya terbilang maju, jatuh bangun pun dialaminya. Jika tak ada keyakinan dan jeli melihat peluang ke depan, mungkin nama Sonny belum berkibar.

Berikut petikan wawancara Sonny dengan jurnalis Medcom.id, Annisa Ayu Artanti.
 
Sushi Tei sudah 17 tahun di Indonesia, awal berdirinya itu seperti apa? Kenapa memilih investasi Indonesia?
 
Kita mulai 17 tahun yang lalu, kita lihat tren makanan Jepang itu belum sehebat sekarang. Cuma kita lihat potensinya. Karena saya rasa gini, sama seperti kita bicara generasi, ketika saya mulai 17 tahun yang lalu mungkin saya dibilangnya suka sekali makanan Jepang, tapi orangtua saya tidak suka. Tapi ketika dicemplungkan ke bisnis, saya pikir ada potensi mungkin bisa mengembangkan makanan Jepang. Jadi, saya pikir arahnya makan sushi, makanan Jepang, makannya kita pilih Sushi Tei. Kebetulan pihak dari Singapura sudah punya rencana mau masuk ke Indonesia. Jadi kebetulan. Bisa dibilang takdir, jodoh, ketemu jadi kita mulai bisnis ini.
 
Kalau dulu awal mula bikin Sushi Tei Indonesia modal berapa pak?
 
Dulu modal kita 17 tahun yang lalu mungkin sekitar Rp3 miliar. Untuk satu outlet. Outlet pertama kita di Plaza Indonesia.
 
Kalau sekarang melihat bisnis sushi, di Indonesia pun enggak hanya Sushi Tei, bagaimana prospek bisnis sushi?
 
Kalau dari kita, persaingan asal sehat tidak masalah, wajar-wajar saja setiap bisnis ada persaingan. Jadi persaiangan itu kita ambil positif saja. Kita harus inovasi supaya kita masih bisa diterima oleh pasar. Salah satu tantangan yang kita ambil itu, kita melakukan sertifikasi halal. Karena kita pikir sekarang masyarakat sudah lebih aware dengan halal dan lain-lain. Jadi, saya rasa ini salah satu yang diminta oleh customer kita. Jadi tantangan dimulai empat tahun yang lalu. Ada mulai banyak yang minta (sertifikasi halal), sosial media juga mulai viral 'ini gimana nih halal atau enggak'. Jadi kita pikir kalau kita bisa memberikan sesuatu yang customer mau, isunya terputus. Jadi kita tempuh, kita ambil sertifikasi. Sertifikasinya itu kita mulai tahun lalu 2019, Mei atau Juni. Itu sudah certified halal.
 
Outlet Sushi Tei sudah berapa saat ini?
 
Di Jadetabek (Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi) ada 24 Sushi Tei. Kalau secara nasional ada 45 toko.
 
Ada rencana tambah toko?
 
Rencana masih mau tambah toko. Tapi kita lihat perkembangan ekonomi juga ya. Kalau tempatnya sudah commit, pasti kita buka. Kadang-kadang kita masuk ke mal, kalau malnya juga bukanya ditunda, kita tunda juga. Mereka kan lihat pembukaannya, lihat sikon (situasi dan kondisi) ekonomi. Jadi kalau kita pending, kita pun pending. Tapi kalau malnya sudah commit, ya kita ikutan.
 
Baca: Sengketa Bisnis Sushi-Tei dan Kusnadi Rahardja Berakhir Damai
 
Tahun ini akan ada tambahan toko?
 
Tahun ini kita sudah ada beberapa toko yang kita commit. Kita mulai ke arah Sentul, kita akan buka, kemudian kita akan buka lagi beberapa di Jakarta.
 
Ke daerah lain?
 
Kalau itu kita cerita sedikit, kita lagi mau buka di daerah Jawa Tengah, mungkin Solo, Semarang, Malang.
 
Alasannya apa ke daerah itu?
 
Di Yogyakarta kan kita sudah ada. Nah kita pikir dengan infrastruktur yang sudah ada, aksesnya lebih enak, saya pikir mobilisasi kita untuk manajemen lebih mudah. Jadi Semarang kita rasa pangsa pasarnya sudah cukup mature menerima makanan begini. Kalau dulu belum begitu siap. Jadi saya rasa, kemarin kita survei sudah cukup siap.
 
17 tahun sudah bisa dibilang bisnis sustain karena sudah lewat satu dekade. Selama ini strateginya apa?
 
Strategi kita tetap. Core business kita hospitality service makanan dan kembali ke inovasi. Sekarang kita banyak dapat inspirasi dari milenial-milenial. Harus mengikuti tren maunya apa. Jadi kadang-kadang disesuaikan dengan selera pasarnya. Enggak bisa yang dari Jepang kita photo copy langsung, enggak bisa. Karena ada taste-taste yang enggak cocok dengan lidah masyarakat di isni. Harus ada penyesuaian.


Bos Sushi-Tei, Sempat Dibilang Gila Merintis Bisnis Sushi
Salah satu gerai Sushi Tei di Plaza Senayan. Foto: Medcom.id/Annisa Ayu Artanti.

Itu artinya dari resepnya ya?
 
Dari resepnya. Kita juga ada chef Jepang yang ada di isni. Jadi dia mengerti, kurang lebih rasa lidahnya Indonesia. Walaupun kita enggak mau melenceng 100 persen, nanti ada dikasih rendang atau apalah. Cuma rasanya disesuaikan. Misalnya, level manisnya, level asinnya. Kan di Indonesia suka ada yang pedas-pedas dikit. Dulu 17 tahun yang lalu, saya enggak ada makanan-makanan pedas. Makanan Jepang mana ada yang pedas. Dulu diocehin saya kalau jualan pedas. Orang Jepang kan enggak bisa makan pedas. Sekarang kita lihat orang Indonesia sudah menikmati makanan seperti ini. Dulu waktu saya buka minta cabai rawit. Dulu saya lari ke bawah, ke supermarket beli cabai potong. Beneran, sampai tamunya marah 'saya mau cabai rawit, kalau enggak ada cabai rawit saya enggak mau makan'. Lari-lari ke bawah cari cabai rawit potong. Ya itu bagaimana customer yang minta. 17 tahun yang lalu. Tapi its ok, kita penuhi, kita service. Cuma, dari situ kita lihat 'wah suka pedas, coba lah bikin pedas-pedas dikit'.
 
Dulu ada beberapa menu?
 
Dari dulu sih menu kita sudah banyak. Tapi sekarang kita lebih banyak lagi. Kalau satu buku menu sih kalau dihitung per item sudah mencapai 300 item. Kalau dulu ya masih 200 item.
 
Inovasi selain resep yang menyesuaikan lidah Indonesia?
 
Selain itu, inovasi selain desain toko, kita mulai ordering pakai pad. Kemudian dari aplikasi. Kita sudah ada aplikasi versi baru. Ini beberapa aplikasi sedang kita kembangkan. Beberapa fitur yang dikembangkan bisa masuk waiting list. Misal dari aplikasi kalau kita sudah dekat radiusnya bisa baca. Ada dekat outlet mana, bisa masuk ke waiting list. Taruh nama dulu jadinya. Itu salah satu fitur yang baru. Dari sana kita kembangkan lagi ke ordering. Sambil nunggu table, bisa order dulu. Kalau sudah dapat table, bisa langsung sampai.
 
Dengan inovasi yang sudah dilakukan, tantangan ke depan?
 
Tantangan sih ada terus. Seperti adanya competitor itu menjadi tantangan kita. Terus tantangannya  kalau dari semua faktor pasti ada tantangannya. Dari regulator, dari sumber daya manusianya juga. Semua jadi tantangan buat kita. Tapi saya percaya saja lah.
 
17 tahun lalu Bapak merintis Sushi Tei, itu usia berapa?
 
Kurang lebih 23-24 tahun.
 
Di usia muda kok berani mulai bisnis dengan modal yang cukup besar itu?
 
Kan kita sama-sama lah. Saya keluar sedikit saja lah. Saya lebih banyak keluar waktunya saya, tenaganya saya.
 
Merintis usaha di usia milenial, bisa kasih tips untuk milenial yang mau mulai usaha?
 
Saya rasa dalam berbisnis tipsnya itu mungkin, 'you have believe what to do'. Kalau dulu waktu saya investasi, orangtua saya tanya 'siapa yang mau makan makanan Jepang? Saya saja enggak mau makan makanan mentah, emang kamu mau makan?'. Dulu saya dibilang gila. Tapi saya rasa umur saya suka makanan beginian. This is my generation. Mungkin kalau untuk milenial-milenial yang baru they have to know what actually the other millennials want. Mereka harus tahu what the market wants? Jadi, kita sebagai pebisnis kita harus kick up apa yang customer mau. Supaya bisa memenuhi apa yang customer mau. Jadi ya tetap usaha yang terbaik. Tetap konsisten enggak boleh give up. You have to believe what you do, that's the key. Kalau dari dirinya sendiri enggak percaya misalnya saya mau buka ini tapi enggak percaya sama bisnisnya ya kurang confidence.


 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan