Sekretaris Jenderal Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), Ina Rachman. Foto: APLI.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), Ina Rachman. Foto: APLI.

Hadapi Tren Belanja Online, Potensi Industri Penjualan Langsung Masih Besar

Arif Wicaksono • 23 Januari 2024 19:36
Jakarta: Industri penjualan langsung mampu tumbuh secara stabil ketika ekonomi global terkena guncangan sejak pandemi. Berdasarkan data Grand View Research, bisnis industri penjualan langsung mencapai USD189,71 miliar secara global pada akhir tahun 2021. Industri ini juga diharapkan tumbuh rata-rata 6,1 persen dari 2022 hingga 2028.
 
baca juga:

Industri Penjualan Langsung Manfaatkan Kemajuan Digitalisasi


Menurut data dari Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), pasar Asia Pasifik termasuk di Indonesia mendominasi pasar penjualan langsung dengan pangsa sebesar 44,47 persen pada 2022. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan untuk produk kesehatan dan kosmetik.
 
Sekretaris Jenderal Asosiasi Penjualan Langsung Indonesia (APLI), Ina Rachman mengatakan industri ini tetap berjalan baik walaupun semua produk dari perusahaan penjualan langsung tidak dapat dipasarkan melalui toko, apotek, pasar online, atau bahkan pedagang kaki lima.
 
"Hal ini sangat jelas dari peraturan pemerintah dan aturan internal perusahaan penjualan langsung. Aturan dan regulasi melindungi konsumen dan memastikan mereka menerima produk berkualitas terbaik serta bimbingan cara penggunaannya secara efektif,” ungkap Ina dalam keterangan tertulis, Senin, 23 Januari 2024.

Di Indonesia, industri penjualan langsung diatur oleh Peraturan Menteri Perdagangan No. 70 tahun 2019 tentang Distribusi Langsung Barang yang mengharuskan produk dipasarkan dan didistribusikan menggunakan skema bertingkat (Multi Level Marketing/MLM).
 
Dia menuturkan APLI senantiasa melakukan dialog dan komunikasi secara aktif dengan pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan maupun BKPM bagaimana secara bersama-sama memajukan industri penjualan langsung, termasuk dialog rutin dangan pemangku kepentingan terkait lainnya.
 
"Warga Indonesia didorong untuk memanfaatkan peluang ekonomi yang ditawarkan oleh industri penjualan langsung. Industri ini cukup adaptif terhadap perubahan, seperti yang dapat dilihat dari upaya banyak perusahaan penjualan langsung yang telah menerapkan digitalisasi di setiap area bisnis mereka, tetapi semua harus mematuhi regulasi yang ada saat menjalankan bisnis penjualan langsung," tambah dia.
 
Sementara itu, Pengawas Kode Etik APLI dan Pakar Hukum, Uus Mulyaharja menambahkan terkait kepatuhan semua member perusahaan direct selling harus tunduk pada kode etik setiap perusahaan.
 
"Perusahaan berkewajiban menegur membernya jika melakukan kesalahan terkait marketing dalam industri direct selling ini bahkan perusahaan berhak menentukan sanksi terhadap Member yang melakukan kesalahan yang melanggar kode etik,” kata Uus.

Komitmen kuat terhadap etika bisnis

Seorang member independen Herbalife Faisal Solichin yang berjualan selama lebih dari 25 tahun, mengatakan ada banyak peluang di industri penjualan langsung karena populasi Indonesia yang besar, mencapai 278 juta, yang semakin memprioritaskan kesehatan dan kesejahteraan mereka.
 
"Saya sangat beruntung menjadi bagian dari komunitas yang mendukung, yang terdiri dari pengusaha sejati yang saling mendukung dalam mengembangkan bisnis secara berkelanjutan. Kuncinya adalah memiliki keberanian untuk memulai bisnis berdasarkan komitmen kuat terhadap etika dan kepatuhan terhadap semua aturan dan regulasi yang berlaku. Kepatuhan terhadap regulasi lokal adalah aspek penting menjadi pengusaha penjualan langsung," kata Faisal, yang juga merupakan mantan manajer perusahaan swasta.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan