Mi sagu memiliki potensi dan peluang usaha yang besar saat ini. Foto: dok Kementan.
Mi sagu memiliki potensi dan peluang usaha yang besar saat ini. Foto: dok Kementan.

Peluang Bisnis Makin Luas, Sagu Jadi Komoditas Paling Dicari saat Ini

Ade Hapsari Lestarini • 28 Oktober 2022 22:08
Meranti: Mi sagu memiliki potensi dan peluang usaha yang besar saat ini. Apalagi salah satu daerah di Indonesia, Kabupaten Meranti, memiliki sentra produksinya. Mi sagu, selain menjadi makanan khas Kab Meranti, juga menjadi oleh-oleh khas daerah tersebut.
 
"Ini menjadi alasan kami mengembangkan usaha mi sagu. Karena itu, butuh terus dukungan dari pemerintah, menggalakkan produk olahan sagu sebagai alternatif tepung terigu, sehingga sagu bisa dimaksimalkan untuk sumber pangan nasional. Salah satu olahan sagu yang mudah dipasarkan adalah mi sagu," ujar Pengusaha Mi Sagu KUBE Rumbia Lestari, Henny, saat berbagi kisahnya dalam mengembangkan produk turunan sagu miliknya, saat dihubungi Tim Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan), dikutip Jumat, 28 Oktober 2022.
 
Henny mulai mengembangkan usaha sagu mi, KUBE Rumbia Lestari sejak 2018 dengan beranggotakan lima orang dan respons masyarakat sangat tinggi. "Salah satu upaya yang kami lakukan untuk mengembangkan usaha mi sagu ini, promosi melalui media sosial dan mengikuti berbagai event atau pameran yang diadakan pemerintah ataupun swasta," ungkapnya.

Dia bercerita, penjualan mi sagu (basah) miliknya saat ini masih di dalam daerah, dijual dengan harga Rp3.500 per bungkus dengan berat 350 gr. Henny mengakui, kesadaran masyarakat akan makanan sehat semakin tinggi, sehingga dia ikut membantu menyediakan mi sehat berbahan baku sagu. Dirinya berharap generasi muda semakin giat menyosialisasikan kesadaran makanan sehat dan meningkatkan semangat berwira usaha khususnya pengembangan dan pemasaran mie sagu yang saat ini belum banyak pemainnya.
 
"Harapan saya, mari bersama bersinergi, antara petani pengolah sagu, pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, agar harga bahan baku bisa stabil dan sesuai, serta harga jual sagu mi bisa berkompetisi dengan mi instan lainnya," harap henny.
 
Ia pun meminta peran aktif pemerintah untuk semakin gencar mempromosikan mi sagu yang sehat ini kepada seluruh lapisan masyarakat agar pasarnya semakin terbuka luas. Serta memberikan dukungan atau motivasi dengan berbagai fasilitas kemudahan seperti perizinan usaha dan lain-lain kepada para pengusaha mi sagu dari hulu sampai hilirnya.
 
Pengusaha mi sagu lainnya, Kelompok Tani Rimbo Bujang, beranggota 25 orang, sejak 2016 hingga kini terus konsisten mengembangkan sagu. Ia juga menganggap kalau mi sagu lebih aman dikonsumsi dalam jangka panjang karena tidak menggunakan bahan pengawet dan kandungan glikemiknya cukup rendah. Ditambah lagi kesadaran masyarakat untuk lebih memilih makanan yang sehat semakin meningkat.
 
Baca juga: Kadin Dorong Pelaku UMKM Berkolaborasi dengan Pemerintah Indonesia

"Kami gencar sosialisasi di media online maupun di toko-toko atau agen penjualan online, melakukan kerja sama dengan dinas pangan dan terkait setempat untuk ikut program-program promosi pangan sehat serta membagikan sample (tester) maupun leaflet atau brosur pada event-event tersebut. Saat ini pasar terbanyak baru untuk dalam negeri, tetapi beberapa waktu lalu juga sempat tembus ke pasar luar negeri diantaranya Jepang, Belanda, meski jumlahnya belum banyak karena baru taraf promosi pengenalan," jelas Praptini, Ketua Kelompok Tani Rimbo Bujang, dan pemilik Toko Sagu Kite.
 
Ia menjelaskan, harga mi siap saji miliknya untuk dalam negeri rata-rata dibandrol harga sebesar Rp16 ribu-Rp18 ribu. Adapun untuk ekspor di harga rata-rata Rp25 ribu dan mi sagu untuk diolah lagi seharga Rp8.000 (500 gr) sampai Rp10 ribu, untuk memenuhi pasar dalam negeri karena tidak menggunakan bahan pengawet.
 
Mie sagu setengah jadi (bukan mi instan siap seduh) rata-rata dibuat oleh kelompok tani di bawah pembinaan Dinas UMKM dan Dinas Pertanian.
 
Dirjen Perkebunan Kementan Andi Nur Alam Syah mengatakan, Pemerintah tentunya hadir membantu petani dan pelaku usaha perkebunan, melakukan pembinaan dan terus mendorong peningkatan nilai tambah produk, dan berinovasi untuk pengembangannya. Potensi sagu Indonesia yang besar ini dapat menjadi solusi atau menjawab tantangan krisis pangan dunia.
 
Dalam pengembangan sagu harus memberdayakan petani lokal dan memperhatikan positioning serta memperbaiki kemasan produk agar dapat bersaing dipasar domestik dan internasional. Tidak kalah penting, perlunya penguatan pasar melalui e-commerce serta pengembangan produk turunannya dengan varian rasa olahannya.
 
"Diharapkan sagu kedepannya dapat dikembangkan secara luas, dengan dukungan anggaran yang lebih memadai dan melibatkan banyak stakeholders agar produk sagu Indonesia semakin dikenal dunia dan petani Indonesia sejahtera," kata Andi.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan