Reptil. Foto: Unsplash.
Reptil. Foto: Unsplash.

Ini Potensi Cuan dari Bisnis Reptil

Arif Wicaksono • 26 Oktober 2024 14:51
Jakarta: Tren memelihara reptil semakin berkembang seiring dengan mudahnya akses informasi mengenai berbagai jenis reptil eksotis dan unik, serta cara perawatannya.
 
Baca juga: 5 Jenis Usaha yang Menjanjikan di Masa Depan

Komunitas pecinta reptil pun semakin berkembang, dengan banyak anggota yang saling bertukar informasi mengenai koleksi mereka dan bahkan melakukan pertukaran koleksi. Jenis reptil ekstrim yang paling banyak diminati antara lain ular, iguana, dan biawak. Tak ketinggalan reptil jinak dan lucu antara lain gecko, kura-kura, dan kodok. Semakin unik jenis, warna, hingga bentuk reptil, semakin tinggi pula harganya.
 
Pendiri Repjak Fakhri Fauzan menjelaskan dirinya telah menjalankan bisnis jual beli reptil sejak 2012. Tiap bulannya, Repjak dapat menjual sampai dengan 300 ekor Gecko, belum termasuk kodok dan kura-kura air.
 
Dalam menjual hewan, Repjak menjual secara online dan offline dengan membuka booth di berbagai pameran hewan di daerah Jabodetabek, Bandung, Jogjakarta dan Surabaya. Sobat Repjak, sebutan dari pengikut Repjak, berasal dari seluruh wilayah Indonesia hingga ekspor ke negara Filipina dan Korea Selatan.

"Berbisnis jual beli reptil dapat dimulai dari skala kecil atau rumahan hingga skala peternakan dengan omset per bulan sampai ratusan juta Rupiah," tegas dia dikutip Sabtu, 26 Oktober 2024.
 
Selain bisnis jual beli, Fakhri mengatakan bisnis penyedia kebutuhan reptil seperti aksesoris dan peralatan habitat, pakan dan suplemen; serta jasa penitipan, perawatan dan pelatihan reptil juga turut berkembang seiring dengan pertumbuhan hobi ini.
 
"Bisnis penyelenggaraan pameran reptil, dan menjadi kreator konten yang membahas perawatan reptil, tips pembiakan, dan pengetahuan umum tentang reptil juga bisa menjadi sumber pendapatan," tegas dia.
 
Dalam menjalankan bisnis reptil ini, Fakhri mengingatkan agar pemilik bisnis memahami betul aturan perizinan terutama reptil langka dan dilindungi, serta aturan ekspor dan impor agar tidak menjadi masalah di kemudian hari.
 
Minat yang meningkat terhadap hewan reptil terlihat dari semakin  penyelenggaraan pameran dan kontes hewan eksotis ini di berbagai daerah di Indonesia, yang selalu menarik banyak pengunjung.
 
Memelihara reptil sebagai hewan peliharaan tentu berbeda dengan merawat mamalia seperti kucing dan anjing.
 
Dokter Hewan Yulyani Dewi menekankan pentingnya memahami karakteristik reptil sebagai hewan ektotermik, yang bergantung pada suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuh mereka.
 
“Penting untuk dipahami bahwa proses pergantian kulit (molting) pada reptil membutuhkan kelembapan dan perawatan yang tepat," tegas dia.
 
Selain itu, metabolisme reptil lebih lambat dibandingkan mamalia, sehingga frekuensi makan yang lebih jarang memerlukan perhatian khusus terhadap asupan nutrisi untuk menjaga kesehatan jangka panjang,” jelasnya.
 
Drh. Yulyani Dewi memberikan beberapa tips merawat reptil. Nutrisi reptil bervariasi sesuai spesies; iguana adalah herbivora yang membutuhkan sayuran hijau dan buah, sedangkan ular ball python adalah karnivora yang memakan tikus atau serangga.
 
"Penting untuk mengetahui diet spesifik setiap jenis reptil agar keseimbangan gizi terjaga, termasuk suplemen kalsium dan vitamin D3 untuk kesehatan tulang," tegas dia.
 
Karena sifat ektotermiknya, reptil memerlukan suhu habitat yang tepat, dengan zona panas (basking area) untuk pengaturan suhu tubuh. Habitat juga harus memiliki kelembaban sesuai spesies—misalnya, iguana memerlukan kelembaban lebih tinggi dibandingkan ular.
 
Lampu UVB penting bagi beberapa spesies, seperti kura-kura, untuk sintesis vitamin D. Selain itu, jangan lupa untuk membersihkan habitat dengan rutin rutin untuk mencegah bakteri atau jamur, dan sistem filtrasi air yang baik diperlukan untuk reptil air, seperti kura-kura air tawar.
 
“Reptil sering menyembunyikan tanda-tanda penyakit hingga sudah parah. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa tanda-tanda kesehatan seperti nafsu makan, perilaku, dan kondisi kulit. Jika reptil terlihat lesu, tidak mau makan, atau mengalami masalah pada kulit, ini bisa menjadi tanda penyakit yang memerlukan perhatian dari dokter hewan yang berpengalaman dalam merawat reptil.” tegas dia.

Dukungan logistik bantu komunitas

Untuk pengiriman perusahaan jasa logistik, TIKI membantu perkembangan pelaku usaha berbasis komunitas terutama dengan pelaku usaha yang tak menjual di ecommerce dan hanya berjualan di sosial media dengan mekanisme perdagangan sosial commerce.
 
Direktur National & Network TIKI Ahmad Ferwito mengatakan, TIKI berusaha mengakomodir peconta reptil dengan memberikan pelayanan khusus dengan standarnisasi yang ketat.
 
Hal ini penting karena TIKI menjadi satu-satunya jasa kurir yang memiliki instalasi karantina mandiri untuk ikan hias yang mendapat izin Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM).
 
"Kehadiran TIKI TIREX semakin membuktikan bagaimana TIKI tetap berinovasi mengikuti perkembangan pasar dan rekam jejak kami mengenal seluk beluk jasa kurir, kami dapat terus menjadi mitra pengiriman terpercaya untuk masyarakat Indonesia.” tegas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan