Senior Vice President, Policy, Government, and Public Affairs Chevron Indonesia, Yanto Sianipar menegaskan bahwa perusahaan tidak memberhentikan mereka secara sengaja. Sebab, dia mengklaim, para karyawan tersebut justru memutuskan untuk mengundurkan diri secara sukarela.
"Jadi kita punya penawaran, mau diambil atau tidak. Kalau enggak mau diambil ya tetap bekerja," kata Yanto, ditemui di Jakarta Internasional Expo, Kemayoran, Jakarta Utara, Kamis (5/5/2016).
Menurut dia, perusahaan telah menawarkan pilihan pada semua karyawan yang jumlahnya sekitar 6.000 orang untuk tetap bekerja atau berhenti, mengingat perusahaan saat ini sedang melakukan penyesuaian bisnis kerja. Terkait benar atau tidaknya jumlah yang dirumahkan 806 orang, Yanto mengatakan masih dalam perhitungan.
"Masih dalam proses, kita enggak bisa kasih tahu jumlahnya," jelas dia.
Sebelumnya, Serikat Buruh Chevron melaporkan, perusahaan sudah memberhentikan 806 pekerja dari rencana pengurangan perusahaan multinasional asal Amerika Serikat tersebut.
"PHK jalan terus. Jadi kemarin itu menurut laporan perusahaan (Chevron) sudah 806 orang yang ambil PHK," papar Ketua Serikat Buruh Muslim Indonesia (Sarbumusi) Basis Chevron Pacific Indonesia Riau Nofel.
Angka tersebut dilakukan perusahaan multinasional pada sektor minyak dan gas bumi (migas) dalam dua bulan terakhir baik di Provinsi Riau maupun di Pulau Kalimantan. Berdasarkan data yang ada, terdapat 740 orang karyawan terdiri dari 500 orang lebih pekerja di Kalimantan dan sekitar 200 orang pekerja di Riau terkena PHK sampai akhir Maret 2016.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News