"Harusnya kaji dulu baru bilang tertarik apa tidak, ini terbolak-balik (pola pikir pemerintah). Ini yang repot," kata Faisal, ditemui di acara diskusi terkait 'Dunia usaha di antara kepentingan nasional dan persaingan global', di Gado-Gado Boplo Menteng, Jakarta, Sabtu (14/11/2015).
Hingga saat ini, setiap negara yang menjalankan kerja sama ekonomi dengan negara asing akan mempunyai untung dan rugi. Namun, setiap negara mempunyai cara tersendiri dalam mengurangi kerugian yang ada dari kerja sama perdagangan tersebut.
Adapun cara setiap negara yang bisa dipersiapkan, seperti mematangkan sektor produksi mana saja yang akan tergilas produk-produk impor yang masuk.
"Misal, ada industri yang tidak unggul dikasih waktu pindah jadi ke industri unggul. Makanya, harus ada social protection expenditure yang dilakukan disemua negara sebagai antisipasi globalisasi. Jadi ada yang diuntungkan dan dirugikan," tegas dia.
Apabila Indonesia tidak bergabung dengan TPP, maka lanjut Faisal, Indonesia kalah bersaing dengan Vietnam dan Malaysia yang merupakan pesaing dagang dengan Indonesia.
"Kita masuk belakangan, aturan sudah disusun. Kita tidak bisa menentukan aturan main. Itu kerugian kalau kita masuk belakangan," cetus Faisal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News