Menanggapi hal tersebut, Dewan Pengurus Daerah Organisasi Angkutan Darat (DPD Organda) DKI Jakarta Safruan Sinungan mengatakan, kenaikan tersebut telah mencekik para sopir angkutan umum. Pasalnya, beban tertanggung para sopir semakin besar, terlebih tarif angkutan umum itu sendiri belum ada perubahan kenaikan.
Maka itu, lanjut dia, DPD Organda DKI Jakarta mempersilakan para sopir angkutan umum untuk menaikkan tarif secara sepihak. Hal ini agar beban tertanggung para sopir dapat diminimalisasi.
"Dari kami belum naikkan, tapi kami persilakan sopir untuk naikkan tarif. Besaran kenaikannya sekitar Rp500-Rp1.000," ucap Safruan ketika dihubungi Metrotvnews.com, Jakarta, Selasa (18/11/2014).
Dia melanjutkan, kenaikan harga BBM bersubsidi dengan prinsip untuk mengalihkan subsidi ke infrastruktur sebenarnya dapat ditolerir oleh Organda. Namun mereka meminta, jika pemerintah menaikkan BBM bersubsidi maka harus ada subsidi bagi para sopir angkot.
"Prinsip kenaikannya (BBM) kita setuju, tapi kita minta agar pemerintah memberikan subsidi. Karena BBM ini salah satu penunjang mata pencaharian kita. Terlebih angkutan umum itu sendiri hanya mengonsumsi BBM sebanyak 7 persen," ucap Safruan.
Terkait mogok nasional, dia tak menampik dengan adanya kabar tersebut. Bahkan hari ini sudah ada beberapa sopir angkot di Jakarta yang sudah melakukan mogok untuk tidak beroperasi.
"Ini kami lakukan sebagai sikap kami karena pemerintah sama sekali tidak menggubris usulan kami. Kami juga sudah mengusulkan kepada beberapa kementerian, tetapi responnya sama saja, sementara para sopir angkot sekarang megap-megap dengan naiknya BBM," pungkas Safruan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id