Ekonom Faisal Basri (kiri) (ANT/Rosa Panggabean).
Ekonom Faisal Basri (kiri) (ANT/Rosa Panggabean).

Ekonom: Inalum Tidak Cocok jadi Holding BUMN Tambang

Dian Ihsan Siregar • 28 November 2017 18:27
Jakarta: Ekonom Faisal Basri menegaskan rencana pemerintah dalam pembentukan induk usaha (holding company) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di sektor pertambangan keliru. Karena, PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dinilai tidak cocok bersinergi ke dalam holding BUMN pertambangan khususnya jadi induk.
 
Menurut Faisal, Inalum akan melakukan sinergi lebih tepat jika dilakukan dengan perusahaan pemakai aluminium seperti di industri automotif dan pesawat terbang.
 
"Sinerginya di mana? Enggak ada, idealnya kalau mau cepat, Inalum sinergi dengan pengguna aluminium seperti automotif dan pesawat terbang," kata Faisal dalam keterangan tertulisnya, Selasa, 28 November 2017.

Faisal mengatakan, Inalum sebenarnya bukan merupakan perusahaan pertambangan, melainkan pengolahan di sektor hilir. "Khusus tambang, Inalum bukan tambang tapi industri itu hilir. Inalum produksi aluminium di hilir industri, bukan tambang aluminium," jelas dia.
 
Selain itu, holding BUMN di sektor manapun harus dicermati terlebih dulu. Sehingga bisa sesuai dengan konsep dan tujuannya super holding meniru Temasek di Singapura.
 
Ekonom UI ini menilai rencana pemerintah membentuk holding tidak terlepas dari upaya membentuk superholding untuk dapat bersaing dengan Temasek Holdings Singapura dan Khazanah Nasional Berhad Malaysia.
 
"Kalau superholding kita kan sebenarnya sudah ada yang namanya Kementerian BUMN. Kalau sekarang holding hanya untuk utang," tutur Faisal.
 
Sejauh ini, bilang Faisal, rencana holding pertambangan juga memicu kecurigaan di masyarakat bahwa nantinya perusahaan BUMN yang menjadi anak usaha Inalum tidak lagi sebagai perusahaan BUMN.
 
Faisal menambahkan, holding semen diniliai lebih masuk akal, karena produk yang dihasilkan bersifat homogen. "Yang keliru juga sebenarnya ada pada holding PTPN (PT Perkebunan Nusantara) yaang mengalami kerugian terus. Jadi, tidak perlu kemana-mana untuk membesarkan perusahaan tambang, ikuti basic-nya saja," pungkas Faisal.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan