VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Pertamina Rugi Branding dari Kecurangan SPBU Rempoa

Annisa ayu artanti • 07 Juni 2016 15:30
medcom.id, Jakarta: PT Pertamina (Persero) telah mengalami kerugian atas perbuatan oknum pengelola Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Rempoa, Jakarta Selatan. Oknum tersebut mempermainkan takaran Bahan Bakar Minyak (BBM) yang dijualbelikan di SPBU tersebut.
 
Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan, oknum tersebut menggunakan alat canggih sejenis remote untuk mengatur takaran BBM yang keluar dari mesin dispenser SPBU. Wianda mengungkapkan kerugian Pertamina dalam kasus ini adalah branding yang membuat nama perseroan menjadi tercemar.
 
"Pertamina juga dirugikan. Bukan hanya material tapi branding. Nantinya orang akan melihat, orang akan mengenarlisasikan bahwa ukuran takaran BBM di SPBU Pertamina tidak pas," kata Wianda, di SPBU COCO 31.102.02 Jalan Abdul Muis, Jakarta Pusat, Selasa (7/6/2016).

Padahal, lanjut Wianda, pihak Pertamina telah melakukan pengukuran kalibrasi berkala yang dilakukan oleh badan metrologi. Kendati demikian, oknum tersebut melakukan dengan alat yang lebih canggih dari alat yang ada sekarang ini.
 
Sementara itu, General Manager Marketing Operation Region III Jumali menambahkan, pihak SPBU 34.12305 di Rempoa adalah oknum. Hasil audit Januari hingga Mei kemarin terlihat bagus. Kerugian tersebut tidak teraudit karena menggunakan alat yang canggih.
 
"Ini adalah oknum SPBU. Hasil monitoring audit Januari hingga Mei itu hasilnya bagus. Ternyata menggunakan teknologi mengelabui takaran bensin. Ini modus baru," ucap Jumali.
 
Ia mengaku, kasus ini sedang diproses oleh pihak kepolisian, dan Pertamina pun sudah menghentikan operasi tersebut sejak kemarin setelah oknum tertangkap tangan oleh pihak kepolisian. "Iya. Sudah dihentikan sejak kemarin. Sudah tidak beroperasi," imbuh Wianda.
 
Lebih lanjut, Jumali meminta agar masyarakat lebih waspada terhadap kasus ini. Masyarakat diminta lebih teliti untuk melihat pengisian BBM mulai dari angka nol. Kemudian meminta struk setelah melakukan pengisian.
 
"Di layanan ada operator mulai dari nol. Jangan hanya dilihat mulainya saja. Tapi tolong lihat sampai diangka berapa mesin itu berhenti mengisisi BBM. Jadi pelanggan perlu peduli," tutup Jumali.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan