Menurutnya, program konversi untuk mensubstitusi minyak sudah didengungkan sejak sepuluh tahun lalu. Akan tetapi belum direalisasikan hingga kini.
Dia meminta pemerintah untuk membuat kebijakan yang benar-benar mendukung program konversi. "Bila itu dilakukan, maka hal-hal teknis menjadi lebih mudah untuk diputuskan," ucapnya.
Konversi, katanya, akan memperbaiki neraca pembayaran Indonesia. Apalagi Bank Indonesia (BI) merilis neraca pembayaran Indonesia kuartal IV/2014 surplus sebesar USD2,4 miliar. Pencapaian ini didukung oleh defisit transaksi berjalan (TB) yang menurun (2,81 persen PDB) dan surplus transaksi modal dan finansial (TMF).
Sektor migas merupakan faktor bagi neraca pembayaran Indonesia. Selain, aspek aliran modal dan jasa yang membuat defisit neraca transaksi jalan.
Secara terpisah, ekonom Bank Permata Joshua Pardede mengingatkan bahwa impor Indonesia akan meningkat. Seiring target pertumbuhan perekonomian yang ditetapkan 6,7 persen di tahun ini. Artinya pembangunan secara masif di Tanah Air. Sementara kinerja ekspor belum membaik. Apalagi turunnya harga komoditas.
Penurunan harga minyak global memperbaiki defisit neraca perdagangan. Akan tetapi nilainya berfluktuasi. Joshua berharap pemerintah segera merealisasikan program konversi. Sehingga ketergantungan minyak yang menyebabkan defisit bisa ditekan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News