Menanggapi hal tersebut Vice President Corporate Communication Pertamina Adiatma Sardjito mengatakan selama ini Pertamina melayani pemasokan avtur bukan hanya untuk bandara-bandara besar, namun juga bandara perintis atau kecil-kecil di pelosok daerah yang tidak mudah dijangkau. Meski demikian harga jual antara bandara besar dan kecil sama.
Sedangkan negara lain produsennya memasok avtur ke bandara yang tidak sulit dijangkau karena letak wilayahnya tidak seluas dan serumit Indonesia.
"Jadi jangan diperbandingkan dengan negara-negara yang lain yang cuma satu pulau dan distribusinya mudah," kata Adiatma pada Medcom.id melalui sambungan telpon, Jumat, 27 Juli 2018.
Lagi pula bandara kecil atau perintis volume penjualannya kecil sehingga margin yang didapatkan perseroan juga kecil. Di bandara tersebut, kata Adiatma, paling hanya ada satu penerbangan dalam sehari.
Di sisi lain karena tetap harus melayani pemasokan avtur sampai ke bandara di daerah terpencil, Pertamina juga mesti melakukan investasi untuk membangun depo serta sarana dan prasarana lainnya.
"Jadi jangan dilihat monopooli untuk maksimalkan keuntungan. Ini lebih ke penugasan. Itu daerah-daerah yang marginnya kecil," jelas dia.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso sebelumnya mengatakan untuk menjaga tingkat kompetisi yang sehat pihaknya akan segera menerbitkan harga batas atas avtur pekan depan.
"Kamis sudah melakukan evaluasi harga avtur dan sudah merumuskan harga batas atasnya namun belum diumumkan," terang Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Agus Santoso di Tangerang, Banten, Selasa, 24 Juli 2018.
Ia menjelaskan, pihaknya berupaya menjaga industri penerbangan tetap terjangkau. Tidak hanya itu, kompetisi antar maskapai berjalan sehat dan memberikan manfaat bagi pelaku usaha pendukung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id