Manajer Senior PLN, Agung Murdifi mengatakan PLN dan Pertamina telah melakukan kerja sama pemanfaatan panas bumi di Kamojang 1,2,3 lebih dari tiga puluh tahun. Namun menginjak tahun 2015 Pertamina selaku penyedia uap, memberikan penawaran harga uap yang tinggi untuk jangka waktu lima tahun saja.
"Kalau harga uap yang ditawarkan wajar, kami mungkin akan beli, karena selama ini kami sudah kerjasama selama 32 tahun dengan Pertamina, namun yang membuat kami bingung, kenapa tiba-tiba Pertamina menawarkan harga mahal hanya untuk jangka waktu lima tahun saja," ujar Agung, dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Rabu (6/1/2016).
Namun setelah melakukan verifikasi internal dan melihat harga uap di lapangan panas bumi yang dimiliki oleh PLN yakni di PLTP Mataloko, PLTP Ulumbu Flores, serta di Tulehu Ambon, Maluku. Maka, lanjut Agung, PLN memperkirakan harga uap di kamojang tidak akan melebihi estimasi harga uap yang telah ada yakni sebesar Rp535 per kwh atau sebesar 4 sen dolar AS.
Meskipun begitu, ungkap Agung, PLN mempunyai alasan kuat untuk melakukan penundaan kelanjutan pembelian panas uap bumi di kamojang, hal ini terkait dengan tingginya harga yang ditawarkan oleh pihak Pertamina selaku pengelola PLTP Kamojang.
Kendati demikian, Agung juga menjelaskan PLN akan tetap dan tidak mengurangi pasokan listrik kepada masyarakat. Pemanfaatan aliran listrik Jawa-Bali pun saat ini terpantau cukup.
"Meskipun saat ini PLN tidak memanfaatkan aliran listrik dari pembangkit di Kamojang 1,2,3 . PLN berjanji hal ini tidak akan mengurangi pasokan listrik untuk masyrakat, untuk mengganti pasokan listrik dari Kamojang. PLN akan memanfaatkan aliran listrik Jawa - Bali yang saat ini pasokannya berkecukupan," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News