Dahlan Iskan. (FOTO: dok MI/Angga Yuniar)
Dahlan Iskan. (FOTO: dok MI/Angga Yuniar)

Sengon 1 Triliun Harus Jadi Monumen

Ade Hapsari Lestarini • 07 Agustus 2019 12:26
Jakarta: Mantan Direktur Utama PLN Dahlan Iskan bersuara mengenai pohon sengon. Ya, pohon yang telah membuat geger masyarakat Indonesia karena menjadi 'tersangka' padamnya listrik di wilayah DKI Jakarta, Jawa Barat (Jabar), dan sebagian Jawa Tengah (Jateng).
 
Dalam tulisannya bertajuk "Sengon 1 Triliun", Dahlan bercerita mengenai sebuah pohon menjadi penyebab listrik seluruh Jakarta padam. Kelihatannya memang sepele, namun Dahlan 'membela' jika pohon sengon tidak bersalah.
 
"Pohon sengonnya ada di Desa Malon. Nun jauh di Gunung Pati, 28 kilometer (km) selatan Semarang. Mati listriknya sampai Jakarta. Maka pohon sengon itu perlu diabadikan. Fotonya. Untuk dipasang di seluruh kantor PLN. Sebagai monumen," tutur Dahlan dalam tulisannya yang dipublikasikan dalam laman pribadinya, disway.id, seperti dikutip Medcom.id, Rabu, 7 Agustus 2019.

Bahkan, Dahlan berpendapat bahwa pohon sengon ini harus diajarkan turun-temurun. Dari satu generasi ke generasi berikutnya. Karena betapa mahalnya pohon sengon ini, hingga membuat berjuta-juta orang menderita.
 
Karena pohon sengon, aktivitas di wilayah-wilayah tersebut pun lumpuh. Khususnya bagi ibu kota. Kereta bawah tanah yang masih baru pun terkena imbasnya sehingga membuat penumpangnya harus dievakuasi.
 
"Presiden Jokowi sampai marah karenanya. Bahkan PLN sendiri sampai harus mengeluarkan ganti rugi kepada konsumen. Nilainya sampai Rp1 triliun. Satu pohon sengon. Di sebuah desa. Mampu menggegerkan mayapada," katanya.
 
Namun demikian, lanjut Dahlan, pohon sengon itu tidak salah. Tumbuhnya di dalam pagar penduduk kendati menjulang sangat tinggi. Dia menjelaskan tinggi tiang Saluran Utama Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah 40 meter, namun bentangannya menggelayut yakni setinggi 18 meter.
 
"Tinggi sengon itu sekitar 15 meter. Sudah mencapai medan magnet SUTET.  Tapi sengon itu juga berhak bertanya mengapa dibiarkan tumbuh tinggi di situ? Mengapa tidak ada yang tahu? Apakah tidak ada lagi anggaran untuk patroli pohon? Mengapa ada kebijakan anggaran ini, bahwa biaya operasi dan pemeliharaan harus di bawah anggaran SDM? Mengapa SUTET begitu rapuh? Hanya kesenggol satu pohon sudah pingsan?" papar dia.
 
Itulah, ujar Dahlan, mengapa tidak boleh ada pohon dekat SUTET. Menyenggol saja tidak boleh, apalagi sampai memasuki medan magnetnya. Bisa korsleting, sehingga mengakibatkan arus listrik terhenti.
 
Lalu, mengapa yang korsleting di selatan Semarang, padamnya di Jakarta dan Jabar? Menurut dia, orang Jakarta mengonsumsi listrik paling besar. Ditambah daerah industri sekitarnya seperti Tangerang, Bogor, Bekasi, Karawang. Padahal pembangkit listrik terbesarnya ada di Jatim, yakni di Paiton.
 
"Maka harus ada pengiriman listrik dalam jumlah besar. Dari Jatim ke Jakarta. Sekitar 3.000 megawatt (mw). Tepatnya saya sudah lupa. Listrik sebesar itu hanya bisa dikirim lewat SUTET --yang tegangannya 500 kVA. Ibarat kirim air, selangnya harus sangat besar. Kian tinggi tegangannya kian luas medan magnetnya. Karena itu harus ada sempadan yang lebar," jelas Dahlan.
 
Dia pun menjelaskan di sepanjang jalur SUTET tidak boleh ada tanaman tinggi. Dalam istilah listrik sempadan itu disebut Right of Way (ROW). Dahlan menjelaskan, zaman dahulu ada yang berpatroli untuk mengecek ini. Bertugas mengawasi ROW --apakah mulai ada gejala pohon yang mengganggu.
 
"Pertanyaannya: apakah anggaran patroli masih ada? Atau manajemen patrolinya yang lemah? Atau patroli sudah dilakukan, laporan sudah dibuat, tapi tidak ada anggaran penebangan pohon? Sesederhana itu. Tapi ada juga unsur nasib," ujarnya.
 
Menurut dia wilayah Jawa sudah aman. Biar pun sebagian besar pembangkitnya ada di Jatim. Di Jawa sudah punya dua jalur SUTET. Jalur Utara (yang lewat Ungaran, Semarang) dan jalur tengah. Membentang dari ujung timur ke ujung barat Jawa.
 
"Kalau pun ada gangguan di jalur utara, sebenarnya tidak ada masalah. Arus listriknya bisa otomatis pindah ke SUTET jalur tengah. Pohon sengon itu bukan satu-satunya tersangka," paparnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan