Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arivin mengatakan JV tersebut ditargetkan tahun ini telah berdiri. Setelah itu, proses selanjutnya yakni Front End Engineering and Design (FEED). "Kami sudah sepakat sama Pertamina, sudah tanda tangan pembentukan JV," kata Arviyan, ditemui di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu, 9 Oktober 2019.
Pembentukan perusahaan patungan tersebut untuk proyek DME di Tanjung Enim. Dia menjelaskan pemilihan Tanjung Enim didasari oleh kesiapan infrastruktur mulai dari akses jalan, air hingga listrik. "Kemungkinan kalau di Tanjung Enim ada dua proyek, karena kesiapan infrastruktur sangat penting. Tanjung Enim lebih pasti," tutur dia.
Selain itu, juga dikaji mengenai proyek DME di Peranap. Namun demikian hal tersebut masih dalam kajian mengenai kelayakan ekonominya. Adapun awalnya kerja sama kedua perusahaan pelat merah ini meliputi pengembangan gasifikasi batu bara di Mulut Tambang Batu Bara Peranap, Riau untuk menjadi DME dan Syntheticnatural Gas (SNG).
Dengan kerja sama itu, pabrik gasifikasi di Peranap diharapkan dapat mulai beroperasi pada 2022. Kapasitas pabrik yang akan didirikan memiliki kapasitas 400 ribu ton DME per tahun dan 50 mmscfd SNG.
Di tempat yang sama, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, setelah penandatanganan tersebut, kedua BUMN ini secara paralel membahas seperti apa design dari pabrik hilirisasi batu bara ini.
"Sedang dalam tahap desain, pemilihan teknologi," kata Nicke.
Lebih jauh mengenai pemindahan proyek ke Tanjung Enim, Nicke mengatakan, akan mengikuti pilihan yang terbaik. "Saya belum tahu persisnya bagaimana. Tapi semua memang masih dalam tahap kajian baik yang di Pranap maupun di Tanjung Enim. Mana yang terbaik itu yang kita kerjakan lebih dulu," pungkas Nicke.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News