Menteri ESDM Sudirman Said. (FOTO: MTVN/Annisa Ayu Artanti)
Menteri ESDM Sudirman Said. (FOTO: MTVN/Annisa Ayu Artanti)

5 Alasan Dana Ketahanan Energi Diperlukan

Annisa ayu artanti • 05 Juli 2016 15:22
medcom.id, Jakarta: Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sangat gencar menggalang Dana Ketahanan Energi (DKE). Lalu, mengapa Indonesia sangat membutuhkan dana tersebut?
 
Menteri ESDM Sudirman Said beberapa waktu lalu mennjelaskan ada lima alasan mengapa pendorong perkembangan ketahanan energi nasional ini sangat dibutuhkan. Pertama, terkait energi fosil yang suatu waktu akan habis. Saat ini saja Indonesia masih mengimpor 800 ribu Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk memenuhi kebutuhan BBM nasional dan ini diperkirakan akan meningkat terus.
 
Maka, untuk meminimalisir impor harus ada pengembangan energi nonfosil agar Indonesia tidak sepenuhnya bergantung pada energi fosil. Untuk mengembangkan energi nonfosil, Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar. DKE ini yang digunakan untuk mendukung energi nonfosil tersebut.

"Sudah pernah kami kemukakan bahwa betapa pun minyak sekarang sedang murah tapi suatu ketika akan habis juga. Sebagai kebijakan jangka panjang kita harus mengandalkan energi kita pada energi baru terbarukan. Dan itu sesuatu yang memang harusnya cukup potensial dan underdevelop," kata Sudirman beberapa waktu lalu, seperti diberitakan Selasa (5/7/2016).
 
Kedua, sebut Sudirman, masih ada 12.659 desa yang belum sepenuhnya menikmati listrik, bahkan ada 2.519 desa terdepan yang masih gelap gulita. DKE diyakininya akan mengentaskan keterisolasian energi di wilayah terisolir.
 
Ketiga, ketahanan energi diwujudkan dengan diversifikasi yang memaksimalkan energi baru terbarukan. Sudirman menuturkan, Indonesia menargetkan pada 2025 dapat mengembangkan energi baru terbarukan (EBT) sebanyak 23 persen dari penggunaan total seluruh energi. Untuk mengembangkan energi baru terbarukan tersebut membutuhkan dana, di mana digunakan dari DKE. Meurut Sudirman, APBN saja tidak akan cukup untuk mengembangkan EBT.
 
"Kita juga punya target pada 2025, ada 23 persen harus datang dari EBT dan membutuhkan pendanaan sekitar Rp1.600 triliun. Dan itu tidak mungkin sepenuhnya dipenuhi oleh APBN," ucap dia.
 
Keempat, lanjut mantan Direktur PT Pindad ini, DKE akan digunakan untuk pengembangan teknologi energi baru terbarukan. Kelima, Indonesia membutuhkan Strategic Petroleum Reserve (SPR) seperti negara-negara lainnya. Selama ini, Sudirman mengungkapkan, Indonesia belum mempunyai SPR.
 
"Yang terakhir perlunya membangun strategic petroleum reserve, di mana kita tidak punya sama sekali, dengan perbandingan Myanmar empat bulan, Jepang enam bulan, Amerika Serikat tujuh bulan. Karena itu (lima poin), kemudian muncul satu konsep bagaimana kita membangun yang disebut dana ketahanan energi," pungkas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan