Kegiatan produksi di pabrik tapak ban CV Darat. FOTO: Medcom.id/Annisa Ayu.
Kegiatan produksi di pabrik tapak ban CV Darat. FOTO: Medcom.id/Annisa Ayu.

Terpincut Gas Bumi Demi Hemat Biaya

Annisa ayu artanti • 04 Oktober 2019 12:28
Semarang: Jawa Tengah menjadi sentra industri dari berbagai macam sektor. Sebut saja perikanan, perkebunan, pertanian, hingga pariwisata. Ceruk pasar yang besar ini tentunya harus disokong dari berbagai sisi, utamanya melalui pengoptimalkan penggunaan gas untuk industri.
 
Pemanfaatan energi terbarukan demi masa depan yang lebih baik pun turut melibatkan beberapa industri untuk mulai menggunakannya. Bukan sekadar untuk energi yang lebih bersih, penggunaan gas bumi bagi industri juga bisa menghemat biaya.
 
Adapun salah satu yang telah menggunakan gas bumi dalam menjalankan kegiatan operasionalnya adalah produsen industri tapak ban, CV Darat. Penghematan biaya energi pun telah dirasakan produsen ini mulai 2014 lalu.

Ya, sejak 2014 lalu gas bumi mulai masuk ke industri di Semarang melalui pengoperasian fasilitas pressure reducing stasion Comprresed Natural Gas (CNG) milik PT Perusahaan Gas Negara Tbk (Persero) di Tambak Aji Semarang. Gas bumi mulai teralirkan dari kawasan industri Tambak Aji ke arah kawasan industri Wijayakusuma dan sekitarnya.
 
Terpincut Gas Bumi Demi Hemat Biaya
Pengoperasian fasilitas pressure reducing stasion Comprresed Natural Gas (CNG) PGN.
 
Manager CV Darat, Agustinus, menuturkan penggunaan gas bumi sebagai sumber energi bersih lebih menekan biaya operasional ketimbang saat masih menggunakan bahan bakar solar. "Kalau dibandingkan dengan solar ya mungkin (bisa efisiensi biaya) sampai 30 persen," ungkap Agustinus di Semarang, Jumat, 4 Oktober 2019.
 
Menurutnya, sebelum beralih ke energi bersih, produsen telapak ban dan vulkanisir ban ini menggunakan kayu bakar dan solar dalam mengoperasikan boiler. Namun, setelah gas masuk ke Jawa Tengah, maka dirinya pun berpaling menggunakan gas. Sejak menggunakan gas bumi, produksi tapak ban perusahaannya menjadi lebih optimal. Bahkan perusahaan dapat memproduksi 200 ton tapak ban per bulan sehingga dapat memasarkan tapak ban hingga ke seluruh Indonesia.
 
"Dari sisi harga, unit price juga lebih murah. Dari sisi kalorinya antara solar dan gas juga bebeda. Gas itu dipakai untuk generate boiler," ujar Agustinus.

Pengoptimalan Produksi Gas Bumi

Sebagai subholding gas bumi, PGN akan mendukung penguatan industri melalui penyediaan gas bumi yang terbukti lebih efisien dan ramah lingkungan, dengan mengoptimalkan produksi gas di dalam negeri.
 
Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama menjelaskan gas bumi yang dipasok PGN untuk rata-rata harian biasa bagi sektor industri dan rumah tangga di wilayah Semarang sekitar 220 ribu-250 ribu meter kubik per bulan. Sedangkan pemakaian rata-rata gas bumi untuk sektor rumah tangga di 2019 sebesar 22 ribu meter kubik per bulan, yang mengalami kenaikan 37 persen dibandingkan 2018.
 
"Pembangunan berbagai infrastruktur gas menjadi prioritas utama PGN, mengingat semakin besarnya kebutuhan energi yang lebih efisien di berbagai wilayah di Indonesia," jelas Rachmat.
 
Terpincut Gas Bumi Demi Hemat Biaya
Subholding gas memastikan tidak ada gesekan lagi antara PGN dan Pertagas.
 
Seiring berkembangnya industri baru dan meningkatnya kebutuhan energi yang lebih efisien dalam empat tahun terakhir, Direktur Utama PGN Gigih Prakoso sempat mengatakan akan terus mengembangkan infrastruktur distribusi baru di beberapa daerah yang mulai tumbuh sektor industrinya.
 
Misalnya di wilayah Kendal, Semarang dan Ungaran. Gigih mengatakan pasokan gas ke wilayah Jawa Tengah ini akan berasal dari Blok Jambaran Tiung Biru di Bojonegoro, Jawa Timur. Untuk mengirimkan gas dari blok tersebut, PGN melalui anak usahanya Pertagas sedang dalam penyelesaian pipa transmisi sepanjang 267 km dari Gresik-Semarang.
 
"Kami percaya bahwa pemanfaatan gas bumi akan mendorong daya saing sektor industri kita. Karena itulah pembangunan infrastruktur akan tetap menjadi komitmen PGN dalam jangka panjang," kata Gigih.
 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan