Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM Andriah Feby Misna mengatakan serapan tersebut telah memperhitungkan dimulainya penyaluran B40. Namun saat ini penerapan B40 ini masih dalam tahap uji coba.
"Kalau uji cobanya memang oke dan dari kapasitas produksi mencukupi, bisa (disalurkan) B40. Pokoknya tergantung hasil uji cobanya dulu," kata Feby, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin, 27 Januari 2020.
Selain itu, Febby mengatakan, target tersebut juga telah memasukkan asumsi proyek green refinary atau kilang hijau PT Pertamina (Persero) mulai berproduksi. Kendati tidak bisa dipastikan kilang akan langsung menghasilkan produk B100.
Pihaknya juga sudah menghitung adanya distribusi bioethanol. Meski demikian, pihaknya belum dapat memastikan seberapa besar bioethanol yang bisa disalurkan. Hal ini mengingat kapasitas produksi bioethanol masih terbatas dan harganya cukup tinggi. Sejauh ini, baru dua industri yang menghasilkan bioethanol.
“Hanya saja karena harganya masih di atas, enggak ada insentif, jadinya belum jalan,” ujar Feby.
Pemerintah kini masih membahas soal insentif bioethanol mengingat beban subsidi masih cukup besar. Sekalipun nanti penyaluran bioethanol bisa dimulai, lanjut Feby, volumenya hanya kecil di bawah 100 ribu KL.
Lebih jauh, terkait dengan serapan biodiesel di tahun depan, ditargetkan masih di angka yang relatif sama yakni 10,2 juta KL. Selanjutnya, serapan biodiesel mulai naik signifikan menjadi 14,2 juta KL di 2022, lalu 14,6 juta KL di 2023, dan mencapai 17,4 juta KL di 2024.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo residen Joko Widodo ingin mengakselerasi peningkatan kadar menjadi B40 di 2020 dan berlanjut ke B50 di 2021 dan B100. Hal tersebut disampaikan usai meresmikan B30 pada akhir tahun lalu. "Bagi saya, enggak cukup B30. Saya perintahkan lagi tahun depan B40. Lalu di 2021 itu B50," kata Jokowi.
Penerapan biodiesel merupakan upaya menuju pencapaian target bauran energi terbarukan 23 persen pada 2025. Berdasarkan data Kementerian ESDM, porsi energi terbarukan ditargetkan mencapai 13,4 persen pada tahun ini, lalu 14,5 persen pada 2021, kemudian 15,7 persen pada 2022, lalu 17,9 persen pada 2023, dan mencapai 19,5 persen pada 2024.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News