Ilustrasi. FOTO: Medcom.id.
Ilustrasi. FOTO: Medcom.id.

Teknologi Canggih Sokong Produksi Blok Mahakam

Suci Sedya Utami • 06 September 2019 11:00
Jakarta: PT Pertamina (Persero) melalui anak usahanya PT Pertamina Hulu Mahakam mengupayakan berbagai cara untuk mempertahankan produksi dari lapangan migas di Blok Makaham.
 
General Manager PHM John Anis dalam paparannya di ajang Indonesia Petroleum Association (IPA) Convention & Exhibition mengatakan sumur-sumur di blok tersebut telah berusia tua (mature). Untuk mengelolanya harus dilakukan dengan menghadirkan teknologi yang tepat untuk memproduksi migas dari berbagai reservoir kecil yang banyak jumlahnya dengan biaya serendah mungkin.
 
Dia bilang karakter reservoir di Blok Mahakam sangat unik karena lokasinya yang berada di delta Sungai Mahakam, dikenal dengan deltaic system. Di blok ini reservoir minyak dan gas berbentuk seperti ribuan kantong-kantong kecil yang tersebar di area rawa dan laut seluas lebih dari 3.000 km2, dengan kedalaman hingga 5.000 meter.

Oleh sebab itu, produksi Mahakam sangat tergantung dari pengeboran sumur-sumur baru, karena reservoir-reservoir itu tidak terkoneksi satu sama lain. Sejauh ini berbagai reservoir di zona utama telah diproduksi, sehingga untuk kelanjutan Blok Mahakam maka diproduksi sumur-sumur di shallow zone (zone dangkal), dan ke depan dikembangkan sumur-sumur High Pressure High Temperature (HPHT).
 
"Memang lapangannya mature ya. Tapi kan bukan berarti enggak bisa produktif. Tapi memang harus dikelola dengan baik," kata Jhon Anis di JCC, Senayan, Jakarta Pusat, Jumat, 6 September 2019.
 
Para insinyur di PHM, kata John Anis, kini terus mengembangkan teknik dan metode yang aman untuk menghasilkan gas di zona-zona dangkal yang sebelumnya dinilai berbahaya untuk diproduksi atau dinamakan Shallow Gas Development. Sejauh ini upaya tersebut mencapai tingkat keberhasilan yang baik karena telah dibor lebih dari 200 sumur di zona ini tanpa ada insiden apa pun dan gasnya dapat diproduksi.
 
Ke depan, Shallow Gas Development yang telah sukses di kawasan rawa-rawa (swamp area) akan dikembangkan juga ke lapangan-lapangan yang ada di lepas pantai (offshore).
 
PHM juga merencanakan penerapan metode pengeboran High Pressure High Temperature (HPHT) di Lapangan Tunu pada 2020. Untuk itu, pihaknya terus membuat perencanaan dan arsitektur pengeboran yang khusus dan seksama, karena kegiatan pengeboran nantinya akan menghadapi tantangan tekanan reservoir yang tinggi (>13 ribu Psia) dan suhu gas yang sangat panas (>160oC).
 
Tantangan selanjutnya, kata John, adalah bagaimana mengintegrasikan produksi dari sumur-sumur HPHT itu dengan fasilitas produksi yang sudah ada, karena tidak dirancang untuk produksi gas yang menggunakan teknologi HPHT.
 
Para ahli perminyakan di PHM juga telah mengembangkan arsitektur sumur yang lebih sederhana (light architecture), sehingga mampu mempercepat pengeboran sumur-sumur baru. Sejumlah rekor pernah dicapai, yakni menyelesaikan pengeboran sumur gas dalam 3,4 hari, dan sumur minyak hanya dalam tempo 4,98 hari di Lapangan Handil. Aplikasi berbagai teknologi juga  mempersingkat aktivitas pengeboran lebih dari 1,5 hari. Inovasi tersebut telah berhasil memangkas biaya operasi pengeboran.
 
Dalam upaya optimasi ini, kata dia, tengah dikembangkan pula design platform yang lebih tepat guna (Ultra Minimalist Platform) dengan memakai struktur Zeepod atau pun Braced Monopod yang disesuaikan dengan kebutuhan.
 
"Semua inovasi teknologi dalam hal pengeboran sumur itu dilakukan tanpa sedikit pun mengorbankan faktor keselamatan," tegas John Anis.
 
Dengan dukungan Satuan Kerja Khusus Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan PT Pertamina Hulu Indonesia selaku induk perusahaan, PHM telah mendapat persetujuan untuk melaksanakan program Optimasi Pengembangan Lapangan-Lapangan (OPLL), dengan target mengebor 257 sumur pada program kerja 2020-2023.
 
OPLL ini juga mencakup pemasangan booster compressor di salah satu anjungan di lapangan Peciko, serta pemasangan pipa dari anjungan Jempang Metulang di lapangan South Mahakam ke anjungan Sepinggan P yang dioperasikan PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur untuk memasok gas ke kilang Refinery Unit (RU) V di Balikpapan. Di masa depan, Mahakam juga akan berkontribusi dalam pasokan gas untuk pengembangan kilang yang merupakan bagian dari proyek RDMP (Refinery Development Master Plan).
 
Di tahun ini, PHM menargetkan pengeboran di 118 sumur, realisasinya hingga Agustus sudah 78 sumur atau lebih dari target di bulan tersebut yang sebanyak 71 sumur. Sementara tingkat produksi pada Juli 2019 adalah sebesar 700 juta standar kaki kubik (MMscfd) yang telah bertahan sejak Februari 2019 dan akan terus dipertahankan hingga akhir tahun.
 
Sejauh ini Pertamina telah berhasil menahan laju penurunan produksi Mahakam dengan performa yang lebih tinggi dibandingkan perkiraan yang pernah dilakukan sebelumnya yakni sebesar 686 MMscfd (dua persen lebih tinggi) di 2019.
 
Pertamina menyadari agar Blok Mahakam terus tumbuh dan berkelanjutan maka pengembangan teknologi adalah kata kunci untuk membuka potensi baru, teknologi juga terbukti mampu memangkas berbagai biaya operasi di tengah penurunan produksi alamiah.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan