"PLN saat ini sedang melakukan asessment kelanjutan dua proyek pembangkit yang mangkrak di Kotabaru dan Sampit," tutur General Manager PT PLN Kalselteng, Purnomo, Minggu 19 Maret 2017.
Dikatakan Purnomo, audit dan appraisal oleh BPK terhadap dua proyek tersebut sudah selesai. PLN saat ini sedang melakukan asessment kelanjutan pembangunan pembangkit mulai memetakan kebutuhan secara rinci, menyusun rencana kerja dan anggaran biaya.
"Kita estimasi PLTU Kotabaru selesai pada 2018 dan PLTU Sampit pada 2019," tambahnya.
Selain fokus penyelesaian dua pembangkit yang mangkrak, PLN Kalsel-Kalteng menargetkan proyek pembangunan pembangkit 35.000 mw di dua provinsi tersebut selesai pada 2020.
Dalam proyek pembangkit 35.000 mw ini wilayah Kalsel dan Kalteng mendapat porsi 1.100 mw yang tersebar di sejumlah wilayah. Di Kalsel akan dibangun di tiga lokasi meliputi PLTU Asam-asam, Kabupaten Tanah Laut unit 5 dan 6 dengan kapasitas masing-masing 100 mw, PLTU Tanjung, Kabupaten Tabalong berkapasitas 2x100 mw.
Kedua pembangkit ini mengandalkan bahan bakar batubara, serta pembangkit berbahan bakar gas yaitu PLTG Sungai Barito, Kabupaten Barito Kuala berkapasitas 200 mw.
Sedangkan di wilayah Kalteng akan dibangun sejumlah pembangkit yaitu PLTU Kuala Kurun, Kabupaten Gunung Mas berkapasitas 2x100 mw, PLTU Kotawaringin Barat berkapasitas 2x100 mw dan PLTG Bangkanai (ekstensi) 140 mw.
"Kesemua rencana pembangunan pembangkit ini sudah masuk tahapan desain dan konstruksi awal dengan target penyelesaian bervariasi mulai 2018 hingga 2020," tambahnya.
Menurut Purnomo dengan selesainya pembangunan proyek pembangkit 35.000 mw tersebut, maka kondisi kehandalan pasokan listrik PLN mengalami surplus yang cukup besar dan mampu mendukung pasokan pembangunan kawasan industri seperti kawasan ekonomi khusus di wilayah ini. Proyek pembangunan pembangkit 35.000 mw di Kalsel dan Kalteng ini diperkirakan menyedot anggaran hingga USD2 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News