Pelaksana Tugas (Plt) Menteri ESDM Luhut Binsar Pandjaitan saat rapat kerja dengan Komisi VII DPR-RI meminta timnya untuk melakukan kajian bilamana Blok Masela dikembangkan melalui dua mekanisme yaitu hulu dan hilir.
"Kita meminta anak muda meng-exercise, bagaimana blok Masela kita sudah pikir bagi dua saja itu," kata Luhut di Komplek Parlementer, Senayan, Jakarta, Kamis, 22 September.
Luhut menjelaskan, untuk sektor hulu yakni mulai dari pengeboran dan pengembangan well head diserahkan kepada operator yakni Inpex Corporation dan Shell. Sementara, untuk sektor hilir seperti pabrik pupuk dan petrokimia akan diserahkan kepada Indonesia Incoporated.
"Satu Inpex dengan Shell itu menangani dari pada mengebor sampai dengan well head-nya. Kemudian kita alihkan ke petrochemical sampai pupuk dan sebagainya itu nanti Indonesia Incorporate," jelas dia.
Dengan begitu biaya yang dikeluarkan dalam mengembangkan blok yang ada di lepas laut Arafura tersebut dapat lebih dihemat lagi. Sebelumnya sekitar USD22 miliar, kemudian menjadi USD15 milar, sampai dengan mekanisme ini menjadi USD7 miliar.
Sekadar informasi, pemerintah telah memutuskan untuk mengembangkan Blok Abadi Masela dengan kilang terapung gas alam cair (Floating Liquified Natural Gas/FLNG). Keputusan ini merubah belanja modal (capital expenditure/capex) kontraktor. Sehingga diperkirakan produksi gas pertama atas blok tersebut terjadi pada 2026 atau dua tahun sebelum kontrak berakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News