Hal itu menanggapi pernyataan Bappenas mengatakan Indonesia memiliki potensi untuk mengekspor listrik. Sofyan mengatakan ekspor listrik masih dalam jangka panjang, dengan daerah terdekat yakni Serawak, dan Malaysia.
"Daerah Sumatera kan masih banyak. Kami sedang membangun, menggiatkan jaringan. Baik 500 KV, 275 KV, 150 KV untuk Sumatera betul-betul terintegrasi dengan penuh. Itu tujuan utama kami," kata dia di Jakarta, Minggu (13/11/2016).
Meski demikian rasio elektrifikasi dia akui belum bisa 100 persen sampai 2019. Rasio elektrifikasi kini baru mencapai 87 persen. Total desa sampai hari ini yang belum teraliri listrik sebanyak 12500 desa, dengan rincian 10 ribu desa sudah ada listrik tetapi belum penuh 24 jam. Daerahnya daerah timur, mungkin Natuna, Papua, Ambon. NTT, pulau-pulau terluar, dan Kalimantan.
"Rasio elektrifikasi belum bisa 100 persen. Masih ada daerah-daerah terluar, terpencil yang harus kita penuhi. Memang daerah-daerah yang harus meningkat dari 87 persen ke 97persen. Itu daerah-daerah terpencil dan terluar yang memang jauh. Oleh karena itu, untuk tahap pertama 12 bulan ke depan, kita akan mencoba melistriki 2500 desa yang belum sama sekali ada listrik di seluruh Indonesia," ujar Sofyan.
Dia mengatakan 2.500 desa selesai, akan meningkatkan desan lain yang belum 24 jam. Daerah prioritasnya daerah timur, seperti Natuna, Papua, Ambon.
"NTT, pulau-pulau terluar, dan Kalimantan," tukas Sofyan.
Menteri BUMN Rini Soemarno menyampaikan dengan target pertumbuhan ekonomi yang diminta Presiden Joko Widodo sebesar enam persen, untuk listrik juga di2018 ada proyeknya yang sudah disiapkan PLN yang bisa terselesaikan di 2018.
"Kalau proyek 35 ribu MW jalan terus seperti yang diharapkan. Dengan target 2019, tambahan listrik 26 ribu MW. Yang 19.000 MW sisanya, sebesar sekitar 7000 MW bisa disiapkan dari yang mangkrak-mangkrak," pungkas Rini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News