Senior Officer Government & Public Relation PGE Area Lahendong Dimas Wibisoni mengatakan, untuk PLTP Lahendong 1-4 yang terletak di Lahendong, PGE memasok uap panas dalam Perjanjian Jual Beli Uap (PJBU) dengan PT PLN.
"Dua pembangkit yang dibangun terakhir, yakni PLTP 5 & 6 di Tompaso, dikelola sepenuhnya oleh PGE berdasarkan Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) dengan PT PLN," ungkap Dimas dalam keterangan tertulis, Selasa, 5 April 2022.
Dimas menceritakan, pengeboran pertama di Wilayah Kerja Lahendong dilakukan pada 1982, tapi produksi komersialnya mulai dilakukan pada 2001. PGE memiliki konsesi di Lahendong seluas 106.800 hektare. Setiap hari, enam pembangkit di Lahendong mengoperasikan hingga kapasitas 110 MW hingga 118 MW.
"PLTP Lahendong telah menjadi tulang punggung dan berfungsi sebagai baseload untuk sistem kelistrikan Sulawesi Utara-Gorontalo," tuturnya.
Saat ini, di sistem kelistrikan Sulut-Gorontalo memiliki lima jenis pembangkit, yakni PLTP, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), dan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).
"Total kapasitas terpasang mencapai 550,78 MW, sedangkan beban puncak pada Maret 2022 sebesar 422 MW. Kami rata-rata memasok 21-28 persen kebutuhan listrik di Sulawesi Utara dan Gorontalo," terang Dimas.
Bersama PLTP Kamojang, PLTP Lahendong sudah menerima sertifikat penurunan emisi sebesar 309 ribu ton CO2 ekuivalen. PLN memasukkan dua pembangkit ini dalam program penurunan emisi gas rumah kaca melalui Clean Development Mechanism (CDM).
"Model CDM ini merupakan salah satu mekanisme perdagangan karbon yang diatur dalam Perjanjian Protokol Kyoto," jelas dia.
Di area Lahendong, PGE juga menyelamatkan satwa endemik dengan membangun tempat konservasi monyet hitam yang hanya ada di Sulut, Macaca Nigra. Sebanyak 11 monyet Yaki (Macaca Nigra) itu menempati rumah sementara yang baru dibangun di Pusat Rehabilitasi Monyet Yaki di Gunung Masarang, Kelurahan Rurukan, Tomohon.
Proyek penyelamatan satwa langka ini merupakan kerja sama antara PGE Area Lahendong, dengan Yayasan Masarang, serta Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulut.
"Proyek ini merupakan bagian dari Program Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) PGE. Di sini kami memilih Yaki yang hanya ada di Sulawesi Utara. Di sana, monyet Yaki dipantau kesehatan dan perilakunya. Kalau sudah dinyatakan siap, mereka akan dilepasliarkan di hutan," tutup Dimas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News