Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, setelah bertemu dengan Direktur Eksekutif Rosneft Igor Sechin, secara resmi, perseroan telah bekerja sama dalam pembentukan JV untuk pembangunan kilang tersebut dengan penetapan alokasi saha 45 persen untuk Rosneft dan 55 persen untuk Pertamina.
"Iya itu, hari ini sudah difinalkan mengenai hal-hal yang pokok dalam perjanjian untuk membuat JV dengan Rosneft. Ini berarti adalah langkah tindak lanjut dari Momerendum of Understanding (MoU) yang sudah ditandatangani," kata Dwi di Komplek Parlementer, Senayan, Jakarta, Rabu (5/9/2016).
Dwi menjelaskan, proyek kilang Tuban ini berkapasitas 300.000 barel per hari akan dibangun secara terintegrasi dengan pabrik petrokimia. Saat ini kedua pihak sedang menlakukan studi kelayakan (feasibility study/FS). Keputusan investasi akhir pada proyek ini akan dilakukan setelah hasil studi kelayakan, desain teknik dasar (BED) dan end engineering design depan (FEED).
"Yang terpenting adalah ada perusahaan joint venturenya. Memang ada beberapa yang pending, karena masih menunggu feasibility studi terutama berkaitan dengan pricing," ucap Dwi.
Selain itu, lanjut Dwi, kerja sama dengan Rosneft menjadi sangat penting karena merupakan pelebaran sayap perusahaan pelat merah di dunia Internasional. Dengan kerja sama ini, Pertamina dapat menambah aset hulu di luar negeri yakni.
Pertamina telah menandatangani MoU untuk mengembangkan dua aset hulu Rosneft di lepas pantai dan daratan Federasi Rusia yakni Lapangan Chavyo di Pulau Sakhalin, dimana Pertamina menguasi saham 20 persen dan Lapangan Ruskoye Pertamina menguasai saham 37 persen. Dengan tambahan dua blok itu, Pertamina meyakini dapat terus mengamankan energi untuk Indonesia.
"Kami selalu optimistis dan bergerak maju untuk bisnis hulu dan hilir. Kami juga berkomitmen untuk mengamankan pasokan energi di Indonesia. Kerja samma dengan Rosneft ini berfungsi sebagai tonggak strategis bagi kita melaksanakan komitmen," pungkas Dwi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News