Padahal pemerintah berupaya untuk mengalihkan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) kebahan bakar gas (BBG). Direktur Eksekutif Indonesia Resources Studies (IRESS), Marwan Batubara mengakui pembangunan infrastruktur gas memang membutuhkan waktu yang lumayan panjang. Hal ini pun persulit dengan masalah lahan.
"Nah untuk itu pipa perlu dibangun, SPBG perlu dibangun, ini butuh waktu. Kita tahu di Jakarta ini rencana mau bangun berapa ternyata baru terealisasi 60 persen. Gara-gara apa? Lahannya tidak tersedia," terangnya ditemui di Hotel Grand Sahid, Jakarta Pusat, Kamis (27/11/2014).
Dirinya meminta komitmen pemerintah agar konsisten terhadap janji-janji yang diucapkan dengan membereskan masalah birokrasi dan perizinan. Harus ada cetak biru (blue print) untuk membuktikan kesengguhan untuk beralih ke BBG. Pasalnya, saat isu konversi BBM ke BBG sedang hangat-hangatnya, Mantan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan pernah mengatakan dibutuhkan dana Rp150 triliun-Rp200 triliun untuk membangun infrastruktur gas.
"Tapi sesudah itu kan enggak jelas apa yang dikerjakan, karena memang tidak ada komitmen. Makanya komitmen dulu yang lebih kita butuhkan. Komitmen lalu turunkan dalam blue print lalu program yang berkelanjutan. Ada anggaran ada penanggung jawab," katanya.
Mengenai masalah harga, lanjut Marwan, bukan menjadi masalah. Selama harganya 30 persen lebih murah daripada harga BBM jenis premium maka masyarakat akan beralih.
"Sekarang saja harga BBG Rp4.500, premium Rp8.500 perbedaannya sudah hampir 50 persen," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News