Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu menjelaskan sejak mengelola Blok Mahakam, Pertamina menggenjot operasi untuk menahan laju penurunan alamiah produksi yang pada 2017 telah mencapai 57 persen. Angka tersebut saat ini berhasil ditekan Pertamina pada level 25 persen dan upaya terus dilakukan secara maksimal melalui pengeboran sesuai rencana.
"Kami terus melanjutkan pengeboran 118 sumur hingga akhir 2019 ini, sehingga diharapkan in-year decline rate bisa ditahan flat, sekaligus mulai mempersiapkan pengeboran sumur eksplorasi dalam di 2020,” kata Dharmawan dalam keterangan resmi, Selasa, 16 Juli 2019.
Dharmawan mengatakan pada 2018, Pertamina telah memproduksi gas di blok tersebut sekitar lima persen di atas prediksi operator sebelumnya yakni Total E&P Indonesia. Bahkan, di 2019, Pertamina menargetkan produksi Mahakam lebih tinggi dari proposal operator sebelumnya.
Dharmawan melanjutkan target ini cukup menantang mengingat tingkat maturasi yang cukup tinggi dari zona produksi eksisting sehingga kontribusi produksi Mahakam saat ini datang dari kantung-kantung reservoir yang lebih kecil dengan jarak antarsumur lebih dekat.
Selain itu, kata Darmawan, value creation harus dilihat dari berbagai sisi, tidak hanya volume tapi juga efisiensi. Pada 2018, Pertamina telah menurunkan biaya cost recovery Blok Mahakam dari USD1,27 miliar di tahun sebelumnya menjadi USD973 juta sehingga berimbas kepada laba perusahaan.
"Pengeboran di area swamp juga lebih efisien yakni dari 11 hari menjadi hanya enam hari, sehingga biayanya juga turun," ujar dia.
Dharmawan meyakini manajemen biaya juga menjadi salah satu kunci meningkatkan hasil, di samping dibutuhkan pula terobosan berupa eksplorasi baru. "Pengalaman mengelola Blok Mahakam memberikan wawasan bahwa investasi pada masa transisi sangat penting," jelas dia.
Untuk menjaga tingkat kewajaran produksi yang telah memasuki periode penurunan alamiah sejak 2010 maka satu tahun sebelum alihkelola, Pertamina melakukan intervensi pendanaan untuk pengeboran di 15 sumur Blok Mahakam yang diproduksikan di 2018 . Hal ini dilakukan karena berdasarkan hasil evaluasi, terjadi penurunan investasi sumur di tahun 2016 menjadi 44 sumur dan di 2017 menjadi enam sumur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News