Pencapaian ini merupakan tonggak penting bagi MedcoEnergi karena telah berhasil memonetisasi lapangan gas Senoro, yang 15 tahun silam masih dianggap sebagai stranded gas, hingga dapat memasok gas ke Kilang DSLNG.
Direktur Utama MedcoEnergi Lukman Mahfoedz menyatakan keberhasilan dalam penyelesaian kedua proyek ini membuktikan bahwa MedcoEnergi sebagai perusahaan migas swasta nasional telah berhasil melakukan terobosan dalam memonetisasi gas sehingga dapat memberikan kontribusi besar kepada Negara.
"Besar harapan yang ditujukan kepada pemerintah agar memberikan kesempatan yang lebih besar kedepannya bagi perusahaan migas swasta nasional seperti MedcoEnergi untuk terus berkiprah mengembangkan energi di Indonesia. Kesuksesan ini juga menunjukkan bahwa MedcoEnergi bersama mitra kerjanya memiliki peran yang penting dalam pengembangan industri gas dan LNG di Indonesia," kata Lukman seperti dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Senin (3/8/2015).
Ia menjelaskan DSLNG berkapasitas 2,1 juta ton LNG per tahun dan dioperasikan oleh PT Donggi Senoro LNG (PT DSLNG), yang merupakan joint venture antara PT Medco LNG Indonesia sebesar 11,1 persen, PT Pertamina Hulu Energi 29 persen, dan Sulawesi LNG Development Ltd sebesar 59,9 persen, perusahaan patungan antara Mitsubishi Corporation dengan Korean Gas (KOGAS).
"Kilang ini telah menjalani tahap uji coba (commissioning) dengan sukses dan aman sejak Oktober 2014," ujar dia.
Ia melanjutkan, fasilitas produksi hulu Gas Senoro dioperasikan oleh Joint Operating Body Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi (JOB-PMTS), di mana pemegang sahamnya terdiri dari MedcoEnergi sebesar 30 persen, PT Pertamina sebesar 50 persen, dan Tomori E&P Ltd sebesar 20 persen.
"Lapangan ini memiliki dua Train fasilitas produksi dengan kapasitas gas 310 juta kaki kubik standar per hari (MMSCFD) dan kondensat 8.500 barel per hari," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News