Kebutuhan LNG hingga tercapainya proyek 35.000 mw setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. 2016 kebutuhan LNG nasional sebanyak 147 juta kaki kubik (bilion cubic feet/BCF), 2017 sebanyak 191 BCF, 2018 sebanyak 310 BCF, dan pada 2019 sebanyak 358 BCF.
Vice President External Relation, SKK Migas, Taslim Z Yunus mengatakan, melihat kebutuhan saat ini sangat dipungkuri pasokan lokal LNG nasional cukup untuk memasok proyek 35.000 mw tersebut. Ia pun mengakui, sesuai dengan rapat dengan Komisi VII DPR-RI, ada ide untuk membuka keran impor LNG untuk penuhi kebutuhan itu.
"Kita lihat dari pasokan dan kebutuhan demand tidak bisa ditutupi LNG domestik. Makanya pas rapat di Komisi VII Pak Menteri sudah bilang akan membuka izin untuk impor LNG," kata Taslim saat buka puasa di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (23/6/2016).
Taslim menuturkan, Indonesia sudah tidak bisa berharap banyak dengan produksi dalam negeri. Ditambah lagi, dengan banyak pemain LNG dunia yang menaruh harga penjualan LNG serendah-rendahnya. Hal itu yang membuat LNG lokal tak laku dan memilih mengusulkan untuk mengimpor LNG.
"Ini saya sudah tidak bisa kita bendung lagi karena kondisi mendesak. Di dunia sekarang juga banyak supplier-supplier baru jadi harga lebih competitive. Malah dibeberapa tempat kita lihat ada yang harga lebih murah dari pada kita," ucap dia.
Sementara itu, berdasarkan draf Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pemenuhan kebutuhan LNG 2016 untuk kelistrikan akan bersumber dari Kilang LNG Bontang dan Kilang LNG Tangguh.
"Pasokan LNG melalu impor dibutuhkan untuk menghindari kesenjangan skema keseimbangan ketersediaan kebutuhan LNG domestik jangka panjang untuk menciptakan harmoni antara impor LNG dan sumber daya domestik," seperti yang dikutip dalam draf Kementerian ESDM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News