"Terus terang bicara BBG walaupun pembangunan infrastruktur bisa APBN tapi pemanfaatan belum bisa maksimal," ungkap Yenni, dalam acara Pertamina Energy Forum, di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu, 13 Desember 2017.
Menurutnya kendala terbesar yang dihadapi dalam mengembangkan BBG adalah harga jual BBG. Dibandingkan dengan harga BBM, harga BBG sangat tidak menarik. Ia menyebut harga BBG saat ini berkisar Rp3.100 sampai Rp3.500. Sedangkan harga keekonomian Rp4.500.
"Hal ini disebabkan berbagai hal yakni harga jual BBG tidak menarik dan sekarang harga jualnya Rp3.100-Rp3.500, sedangkan keekonomian Rp4.500," ucap dia.
Untuk membuat BBG menjadi menarik dan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat, Yenni menambahkan, Pertamina harus lebih banyak mengembangkan infrastruktur. Tetapi dalam pembangunan harus memilih skema mana yang benar-benar cocok sehingga beban yang dikeluarkan tidak terlalu besar.
"Jadi kalau kita mau mengembangkan BBG secara agresif semakin banyak kita mengembangkan maka semakin tinggi bebannya. Jadi pada prinsipnya, pada akhirnya kita harus memilih fuel mana yang paling fit untuk dikembangkan di Indonesia di kemudian hari," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News