Vice President EOR Pertamina EP Andi W Bachtiar mengatakan penerapan teknologi tersebut di dunia sudah marak digunakan. Namun di Indonesia masih sangat jarang, bahkan baru hanya berupa pilot project belum penerapan menyeluruh.
Andi menyebutkan ada empat pilot project di Indonesia yang menggunakan teknologi EOR polymer flooding yang salah satunya dilakukan oleh Pertamina EP. Andi mengatakan dari beberapa pilot project tersebut, proyek milik Pertamina EP yang memiliki biaya paling efisien.
Pilot project Pertamina EP berada di Lapangan Tanjung dengan mengaplikasikan polymer flooding. Selain Pertamina EP ada juga Chevron Pacific Indonesia di Lapangan Minas dengan metode surfactant polymer flooding. Kemudian ada juga Medco Rimau di Lapangan Kaji-Semoga menggunakan metode surfactant flooding dan CNOOC di Lapangan Widuri dengan metode polymer flooding.
"Punya kita yang pilot project di Tanjung itu USD4 juta untuk set up semua, lebih murah dari pemboran," kata Andy dalam diskusi strategi dan inovasi Pertamina EP dalam mendongkrak produksi migas di Hotel Oria, Jakarta Pusat, Selasa, 12 Maret 2019.
Andi menyatakan jika dibandingkan dengan pilot project yang dikerjakan oleh Medco dan Chevron tentu lebih murah. Ia menyebutkan Medco mengeluarkan USD24 juta untuk pilot project. Sedangkan Chevron mengeluarkan USD165 juta.
Dirinya menambahkan untuk Lapangan Tanjung membutuhkan eman titik injeksi atau disebut juga full scale. Namun karena baru berupa pilot project maka hanya satu titik yang diinjeksi menggunakan polymer flooding. Menurut perkiraan full scale bisa dilaksanakan di kuartal VI-2021.
"Kalau full scale Lapangan Tanjung butuh USD120 juta untuk injeksi polymer," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id