Pakar ekonomi bisnis Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali. (FOTO: MI/Adam Dwi)
Pakar ekonomi bisnis Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali. (FOTO: MI/Adam Dwi)

Penguatan BUMN via Holding Terjadi di Beberapa Negara

Ade Hapsari Lestarini • 28 September 2016 18:08
medcom.id, Jakarta: Pakar ekonomi bisnis Universitas Indonesia (UI) Rhenald Kasali mengungkapkan hampir semua negara di dunia membentuk holding demi memperkuat BUMN-nya. Dia menyebutkan, mulai dari Singapura, Malaysia, Finlandia, Norwegia, Prancis, dan masih banyak lagi. Tujuan dibentuknya holding tersebut untuk membentuk satu kesatuan agar tidak terpecah.
 
"Mana ada BUMN yang tidak pakai holding di dunia ini?" kata Rhenald, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Rabu (28/9/2016).
 
Berangkat dari sana, Rhenald mengingatkan jika holding BUMN energi gagal dibentuk, maka Indonesia akan mengalami kerugian besar. Bahkan, bukan tak mungkin Indonesia akan kehilangan daya saing dengan bangsa-bangsa lain yang lebih maju.

"Kerugian lainnya harga gas tetap akan tinggi dan Indonesia tidak akan bisa membangun infrastruktur yang lebih luas. Akhirnya kita harus menggunakan modal dari pihak lain, utang dari pihak lain, dan kita juga harus membeli lebih mahal. Itu kerugian secara finansial," lanjut Rhenald.
 
Holding BUMN Energi
 
Terkait hal tersebut, Rhenald mengungkapkan pembentukan holding BUMN Energi terkait dengan persoalan bangsa. Pembentukan ini, ujarnya, didasari dengan semakin habisnya energi fosil sehingga gas menjadi tumpuan energi masa mendatang. Namun, pada saat terjadi peralihan penggunaan energi, harga gas di Indonesia justru sangat tinggi.
 
Misalnya di Sumatera Utara (Sumut), harga bahkan bisa mencapai USD12-USD14 per mmbtu. Harga tersebut, menurut Rhenald, jauh lebih tinggi dibandingkan harga di luar negeri, bahkan dengan negara tetangga. Persoalan lain, kata Rhenald, karena masing-masing BUMN memiliki investasi sendiri-sendiri, sehingga tidak ada sinergi.
 
"Semua itu harus diselesaikan. Dan solusinya adalah dengan holding BUMN energi," tegas Rhenald.
 
Dia menambahkan, holding BUMN dapat memecahkan dua masalah sekaligus. Pertama, biaya ekonomi yang tinggi. Dengan holding, maka persoalan itu bisa diatasi karena holding akan meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi.
 
"Masalah kedua yang bisa diatasi melalui holding, adalah terkait leverage dari finance-nya, yakni untuk pembiayaan-pembiayaan. Dengan holding, maka aset menjadi besar dan bisa di-leverage secara finansial dan mendapat dukungan internasional sehingga Indonesia bisa menjadi kaya dan sejahtera," tambah Rhenald.
 
Ketua Dewan Pakar Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) Benny Lubiantara menambahkan, holding BUMN energi memang sangat penting dan dibutuhkan. Keberadaannya dinilai mampu menekan ego sektoral masing-masing BUMN, sehingga lebih bersinergi dan tidak terpisah-pisah.
 
"Tanpa holding, ego sektoral masing-masing BUMN akan sangat tinggi. Dan ini merupakan masalah serius pada energi kita, karena bersaing dalam kontreks ego sektoral memang bisa berakibat negatif," tutup Benny.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan