Vice President Human Resources Total E&P Indonesie Arividya Novianto mengatakan, kinerja produksi berkurang karena sumur yang dibor berkurang. Menurutnya dengan harga minyak rendah, seperti saat ini, melakukan pengeboran sangat tidak ekonomis.
"Tahun ini kita melanjutkan pengeboran 36 sumur, tahun lalu kita mengebor 107 sumur. Jadi kita sesuaikan dari keekonomian sumur-sumur tersebut," kata Novianto di Gedung WTC I, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (25/4/2016).
Novianto pun mengungkapkan akibat turunnya harga minyak mentah itu juga berdampak pada kinerja finansial yang menurun. Total melakukan berbagai macam efisiensi untuk menstabilkan kinerja keuangan dan produksinya seperti tidak memproduksi sumur yang dianggap tidak ekonomis, meminimalisir shutdown dan lebih memanage logistik.
"(Efisiensi) banyak yang langsung, seperti non-production untuk sumur, kita minimumkan, tahun lalu kita sampai tujuh persen padahal standar industri bisa sampai 15 sampai 20 persen. Kemudian efisiensi produksi kita minimumkan shutdown. Kemudian logistik, kita memanage kapal-kapal," jelas dia.
Namun, untuk kuartal satu 2016, Novianto menambahkan produksi Total masih cukup besar yakni 1,75 bcf dari target pada Work Plan and Budget (WP&B) 1,5 bcf. Dan bila dibandingkan tahun lalu, Novianto menuturkan saat kondisi minyak rendah ini, angka produksi tersebut masih stabil.
"Target produksi masih bagus di WP&B kita menargetkan sekitar 1,5 bcf dan kami kira sih akan tercapai. Januari hingga Maret, sampe minggu lalu itu kita masih disekitar 1,75 bcf well head per hari, jadi masih diatas target kita, dibandingkan tahun lalu stabil," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id