Hal tersebut pun diakui oleh Pengamat Kelistrikan Fabby Tumiwa. Dia bilang Indonesia mengalami pemadaan beberapa kali di 1997, 2002, 2008, bahkan di tahun lalu pun sempat terjadi. Namun memang tidak sebesar yang baru terjadi di tahun ini. Fabby menjelaskan ada tiga alasan mengapa pemadaman kali ini menjadi sangat heboh hingga membuat Presiden Joko Widodo mendatangi kantor pusat PT PLN (Persero) dan terlihat marah.
Pertama, pemadaman terjadi di wilayah yang cukup luas yakni Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten dan sebagian Jawa Tengah yang memiliki pelanggan dengan jumlah paling banyak. Setidaknya Fabby memprediksi ada 25 juta pelanggan yang terdampak pemadaman akigat gangguan pada jaringan transmisi 500 kilo volt (kV) ini.
Kedua, imbas yang dirasakan cukup besar di ibu kota dan wilayah penopang yang memiliki aktivitas sangat ramai di hari Minggu ketika pemadaman berlangsung. Dia bilang memang di hari Minggu, PLN banyak mengistirahatkan beberapa pembangkitnya karena konsumsi yang lebih rendah dibanding hari biasa.
Namun, Fabby menggarisbawahi penurunan konsumsi pada hari libur terjadi untuk pengguna industri dan kantoran. Sementara untuk pengguna rumah tangga dan pusat perbelanjaan mengalami lonjakan di akhir pekan. Hari Minggu, masyarakat cenderung pergi ke mal untuk belanja atau berjalan-jalan dan juga ada yang memilih berdiam diri di rumah sehingga konsumsi listriknya meningkat dibanding hari kerja.
Ketiga yakni karena bukan hanya lampu yang mati, atau orang tidak bisa menonton televisi, namun juga dengan perkembangan zaman yang serba ditopang oleh elektrik membuat semua hal bergantung pada listrik. Misalnya saja transportasi MRT, KRL yang menggunakan listrik dalam sistem pengoperasiannya. Kemudian sistem komunikasi dan perbankan yang juga terkena dampak akibat aliran listrik terputus.
"Mungkin dulu di awal 2000an orang belum pakai aplikasi. Sekarang ketergantungan pada internet dan komunikasi sangat tinggi, begitu juga transportasi. Karena ada banyak gangguan ini sehingga efeknya bukan hanya enggak bisa nyalain lampu. Ini yang membuat dampaknya lebih luas dan orang merasa lebih susah," kata Fabby pada Medcom.id, Selasa, 6 Agustus 2019.
Adapun jika dibandingkan pada 2002 seperti yang dinyatakan Presiden Jokowi, pemadaman saat itu terjadi di wilayah DKI Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi dan Banten pada 12-13 September 2002. Penyebabnya kala itu adanya arus pendek di Gardu Induk Tegangan Ekstra (GITET) Cibinong yang membuat transmisi ke arah Bekasi, Cawang, dan Gandul mengalami kerusakan.
Pasokan listik dari i Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling juga tidak dapat masuk. PLN kala itu mengambil alih beban dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Muarakarang dan PLTGU Tanjung Priok. Namun adanya kelebihan beban membuat kedua PLTGU itu berfungsi dengan isolasi.
Hal ini mengakibatkan GITET 500 kV di Suralaya, Clegon, Gandul, Cibinong, Cawang, Bekasi, dan Kembangan padam. Adapun total beban yang padam sekitar 2.500 MW hingga dialami tiga juta pelanggan.
Pemadaman tersebut membuat sejumlah pelayanan publik terganggu. Tercatat, perjalanan kereta rel listrik (KRL) dari Tangerang, Bogor, dan Bekasi terhambat. Akibatnya, puluhan ribu penumpang terlambat masuk kerja.
Serta layanan transportasi kereta api jarak jauh, terjadi keterlambatan selama 2-3 jam akibat dari gangguan sinyal pengatur jalan. Selain transportasi yang terganggu, peristiwa ini menyebabkan sulitnya air minum serta terhambatnya layanan telekomunikasi seluler.
Gangguan juga terjadi pada mesin-mesin anjungan tunai mandiri (ATM) yang macet. Matinya aliran listrik juga membuat terhentinya bisnis termasuk hilangnya data-data komputer di berbagai pelayanan. Peristiwa ini juga membuat terjadinya kebakaran di 13 lokasi di Jakarta dan sekitarnya.
Dapat Apresiasi
Fabby menilai penanganan yang dilakukan PLN cukup baik dalam melakukan perbaikan sistem yang terganggu dan menormalisasi pemadaman yang terjadi di sejumlah daerah. Dirinya yakin PLN tentu telah memiliki contigency plan atau rencana tanggap darurat untuk mengatasi pemadaman yang terjadi.
Dia bilang apabila contigency plan tidak ada, pemulihan tidak bisa dilakukan dalam waktu yang cepat. Ia memandang upaya pemulihan oleh PLN cukup cepat untuk menangani gangguan pada sistem kelistrikan yang dinilainya kompleks.
"Upaya PLN memang perlu diapresiasi," tutur Fabby.
Kedepannya, lanjut Fabby, yang terpenting yakni adanya investigasi sehingga diharapkan bisa tahu kelemahan yang terjadi dan menyebabkan gangguan tersebut. Hasil investigas ini bisa digunakan untuk memperbaiki mitigasi risiko di masa mendatang.
Dia menambahkan gangguan sistem kelistrikan kali ini disinyalir karena masalah teknis. Namun, dia membayangkan jika terjadi karena adanya bencana seperti gempa serta tsunami yang membuat transmisi rusak dan mengakibatkan kehilangan 2.000-5.000 megawatt (MW).
"Hal-hal ini perlu dipikirkan. Kita harus lakukan pemetaan risiko supaya bisa antisipasi, supaya kerentanan sistem bisa dikurangi," jelas dia.
Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Hendra Iswahyudi. Ia bilang upaya yang dilakukan PLN sudah tepat dan yang terpenting yakni bagaiman mengantisipasi agar ke depannya hal serupa tidak terjadi apabila ada gangguan pada sistem kelistrikan. Pihaknya pun telah menerjunkan tiga inspektur kelistrikan untuk menginvestigasi penyebab kejadian di Unagaran. Namun memang hingga kini Hendra belum mendapatkan laporan mengenai investigasi tersebut.
"Saya lebih concern pembelajaran agar ke depan antisipasi enggak sampai lama diisolasi, sistemnya dibuat island karena sistem 500 kV terkoneksi andal tapi harus dijaga benar," jelas Hendra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id