"Di daerah bahkan ada mesin yang sangat kuno. Ini salah satu kendala menyeragamkan digitalisasi di seluruh Indonesia," kata Ketua DPP Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Rachmad Muhammadiyah, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Kamis, 22 Agustus 2019.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pemasaran Retail PT Pertamina (Persero) Mas'ud Khamid mengatakan, awalnya digitalisasi nozzle di 5.518 SPBU milik Pertamina ditargetkan rampung Desember tahun lalu namun mundur ke Juli, bahkan hingga akhir tahun ini.
Senada dengan Rachmad, Mas'ud menjelaskan konstruksi SPBU yang ada saat ini sudah berusia lama, atau tidak baru lagi. Oleh karenanya perseroan sangat hati-hati untuk melakukan instalasi sistem IT.
"Tidak ada alat ukur atau soket di SPBU itu, jadi kami bekerja dari nol. Pekerjaan (juga) baru dilakukan setelah SPBU tutup (beroperasi) pukul 22.00," tutur Mas'ud.
Mas'ud mengatakan untuk pemasangan atau instalasi di alat ukur sudah selesai dilakukan di seluruh SPBU. Begitu juga dengan instalasi sensor pada tangki. Sementara pemasangan Electronic Data Capture (EDC) untuk pembayaran dari 22 ribu yang seharusnya dipasang, saat ini baru 1.400.
Adapun yang sudah terintegrasi antara pemasangan sensor pada tangki SPBU, pemasangan sensor pada nozzle dan ECD baru di 130 SPBU yang berada di Jakarta. "Untuk integrasi ketiganya khusus untuk Kota Jakarta sudah selesai," ujar dia.
Dengan digitalisasi nozzle, kata Mas'ud, Pertamina bisa memonitor penyaluran BBM terutama untuk jenis solar subsidi lebih akurat agar tidak ada kebocoran distribusi. Pertamina bisa melacak kondisi stok di SPBU mana yang kiranya sudah habis dengan lebih tepat waktu sehingga stok lebih terjaga.
"Kita nanti akan tahu SPBU mana yang penjualan BBM subsidinya enggak wajar, karena kita bisa memonitor transaksinya berapa liter," kata Mas'ud.
Saat ini penyaluran BBM memang belum detail hingga pada pencatatan kendaraan. Melalui kerja sama pembayaran dengan LinkAja, lanjutnya, Pertamina setidaknya bisa mengetahui siapa yang menggunakan BBM karena akun LinkAja memuat data nomor ponsel yang diregistrasikan dengan e-KTP.
Di tahun depan, kata Mas'ud, pihaknya akan mulai masuk ke data nomor kendaraan. Ia bilang telah berkoordinasi dengan Korlantas Polri terkait hal ini. Penggunaan nozzle sudah terlebih dahulu diterapkan oleh penyalur BBM subsidi lainnya yakni PT AKR. Retail Petroleum AKR Muliady Jahya mengatakan pihaknya sudah menggunakan sistem ini sejak awal ditugaskan.
"Di setiap SBPU kami ada point of sale di mana setiap kendaraan yang isi bensin harus menginput nomor kendaraan, kalau enggak diisi minyaknya enggak keluar. Dan sistemnya pun kami ada pembatasan kuota per hari. Otomatis kalau kendaraan itu datang dan melebihi kuota maka penyaluran minyaknya akan berhenti," pungkas Muliady.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News