Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu. FOTO: Medcom.id/Suci Sedya Utami.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu. FOTO: Medcom.id/Suci Sedya Utami.

Pertamina Siap Mendunia

Suci Sedya Utami • 28 November 2019 09:56
Jakarta: PT Pertamina (Persero) menegaskan akan terus beradaptasi terhadap perkembangan baru untuk menjadi pemenang di masa depan.
 
Hal tersebut disampaikan Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu saat menutup agenda Pertamina Energy Forum 2019 yang mengangkat tema Driving Factors: What will Shape the Future of Energy Business. PEF tahun ini banyak membahas mengenai transformasi bisnis energi dari berbasis fosil menuju ke energi yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
 
Dharmawan menyatakan PEF 2019 juga banyak membahas mengenai isu-isu seputar energi dari sudut pandang ketersediaan (availability), keterjangkauan (affordability), aksesibilitas (accessability), dapat diterima (acceptability), dan keberlanjutan (sustainability).

Dia mengatakan saat ini transisi energi sedang terjadi dan tidak dapat dihentikan, yaitu transformasi dari bahan bakar fosil menuju ke energi baru terbarukan dan energi bersih. Dengan fakta tersebut, lanjut Dharmawan, transisi energi yang dilakukan perseroan yakni dengan terus membangun dialog dengan pemerintah maupun semua stakeholder.
 
"Pertamina terus beradaptasi terhadap perkembangan baru untuk menjadi pemenang di masa depan," kata Dharmawan dalam sambutannya saat menutup PEF 2019, di Hotel Raffles, Jakarta, Rabu, 28 November 2019.
 
Dharmawan menambahkan Pertamina berkomitmen penuh untuk menjadi perusahaan energi kelas dunia yang kompetitif. Serta mencapai target yang dimandatkan oleh pemerintah dan menembus predikat Fortune 100 pada 2026.
 
Sementara itu Direktur Perencanaan Investasi dan Manajemen Risiko Pertamina Heru Setiawan mengatakan siap tidak siap Pertamina harus menghadapi transformasi energi. Untuk itu, Pertamina telah menyiapkan rencana jangka panjang yang disesuaikan dengan kondisi dan perilaku konsumen.
 
Setidaknya ada skenario yang bisa dijalankan untuk menuju transformasi tersebut. Pertama, menjalankan bisnis seperti biasa. Kedua, menangkap keinginan pasar. Ketiga, menjalankan bisnis yang paling ramah lingkungan.
 
"Inilah yang Pertamina akan lakukan untuk tetap bertumbuh untuk rakyat dan juga sebagai perusahaan. Kami harus menyeimbangkan antara menjaga mandat dan menjalankan misi sebagai perusahaan bisnis," kata Heru.
 
Menurut Heru strategi bisnis jangka panjang Pertamina akan menyesuaikan pada enam tren perubahan di sektor energi dunia. Keenam tren tersebut adalah dekarbonisasi, konsumerisasi, elektrifikasi, desentralisasi, digitalisasi, dan integrasi.
 
"Ini semua yang kami pertimbangkan untuk membuat rencana bisnis. Kami juga melihat ada disrupsi. Terkait ini kami membagi empat, ekonomi makro, regulasi, pelanggan dan kompetisi serta teknologi. Berdasarkan ini kami lihat ada disrupsi yang kami pertimbangkan," tutur dia.
 
Untuk menghadapi transisi energi, Pertamina telah melakukan berbagai upaya mulai dari melakukan penelitian untuk membangun pabrik baterai kendaraan listrik hingga konversi kilang minyak agar bisa mengolah minyak sawit mentah menjadi bahan bakar.
 
Seperti yang dilakukan di Kilang Plaju, Pertamina telah mulai mengolah produk turunan CPO menjadi bensin. Selain itu, Pertamina juga memproses produk turunan CPO menjadi solar yang dilakukan di Kilang Dumai serta melakukan riset bersama ENI untuk pengembangan green refinery.
 
Hal ini sejalan dengan yang disampaikan  Vice President Licensing Contract Management ENI Massimo Trani yang mengatakan tujuan ENI mengubah kilang konvensional menjadi kilang ramah lingkungan adalah untuk menyelamatkan iklim dan menumbuhkan perekonomian dan mengurangi gas rumah kaca.
 
ENI fokus pada untuk mengurangi emisi di sisi hilir dengan lima pilar. Salah satunya adalah bahan bakar terbarukan, yakni konversi kilang menjadi biofuel. Pada saat bersamaan ENI melakukan penelitian untuk sumber-sumber energi yang berkelanjutan serta mengembangkan penggunaan gas alam.
 
"Kami percaya, gas tidak terbarukan namun sangat melimpah. Dan bisa digunakan untuk kapal, truk besar dan kendaraan lain berupa LNG. LNG memiliki karbon rendah," kata dia.
 
Pada kesempatan yang sama, Partner and Head of AT Kearney’s Energy Practice in Sea Sundeep Biswas mengatakan transisi energi akan memunculkan potensi bisnis baru. Di perusahaan migas, listrik, mereka menemukan celah baru untuk menghasilkan pendapatan.
 
"Misalnya, kendaraan listrik butuh baterai. Jadi Energi baru menciptakan bisnis baru," kata Sundeep.
 
Hal senada juga disampaikan Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)  Arifin Rudiyanto yang mengatakan transisi energi sangat mendesak. Energi adalah sektor yang berkontribusi emisi karbon, untuk itu pemerintah fokus menurunkan emisi energi.
 
"Langkah pertama mengembangkan energi rendah karbon. Kami inginkan plastik potensi pembangunan bisa direalisasi dan emisi karbon bisa diperkecil," jelas Arifin.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan