Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan hal tersebut karena sebelumnya dalam perhitungan subsidi solar Kementerian ESDM, jatuh pada angka Rp350 per liter. Dengan subsidi sebesar itu, pemerintah memprediksi tidak ada kenaikan harga solar sampai September.
"Mengenai subsidi solar, kita tadinya mengusulkan Rp350 per lliter dengan harapan sampai 3-4 bulan ke depan, sampai akhir tahun tidak ada perubahan harga solar. Kemudian Komisi VII menyepakati Rp500 per liter, kita cek ke Pertamina dan tim Ditjen Migas," kata Sudirman di Kantor Kementerian ESDM, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Rabu (15/6/2016).
Namun kenyataannya, Komisi VII telah menyetorkan asumsi makro tersebut ke Badan Anggaran dengan asumsi subsidi solar sebesar Rp500 per liter dan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Price/ICP) sebesar USD45 per barel. Oleh karena itu perlu ada pembicaran dengan Pertamina untuk mebahas kemungkinan-kemungkinan tidak ada perubahan bagi harga solar hingga akhir tahun.
"Kalau subsidi Rp500 per liter memungkinkan tidak adanya perubahan harga solar sampai akhir 2016," ucap dia.
Kepala Pusat Komunikasi Kementerian ESDM Sujatmiko menambahkan, subsidi harga solar itu ditetapkan juga memakai rumusan ICP. Dengan Komisi VII mengusulkan subsidi tersebut diharapkan tidak membuat rugi Pertamina.
"Ya kalau ICP-nya kan tadinya USD50 per barel menjadi USD45 per barel, jadi ada bantalan USD5 per barel kan, mudah-mudahan nanti diakhir tahun harga minyak stabil di kisaran USD45 per barel. Sehingga subsidi yang Rp500 per liter tidak membebani Pertamina lah PSO-nya. Intinya gitu," jelas Sujatmiko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News